Ramadan tidak hanya menjadi momen untuk meningkatkan ibadah, tetapi juga berpengaruh besar terhadap kesehatan mental.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa praktik berpuasa dan ibadah yang intens selama Ramadan dapat membantu mengelola stres serta meningkatkan kesehatan mental seseorang.Â
Menurut berbagai pakar psikologi, kebiasaan seperti berdoa, bersedekah, dan introspeksi diri selama bulan suci ini dapat mengurangi kecemasan serta memperkuat mental.
Puasa di bulan Ramadan melatih kesabaran dan pengendalian diri, yang berdampak langsung pada stabilitas emosional.Â
Sebagaimana dikutip dari jurnal kesehatan mental, proses menahan diri dari makan dan minum membuat otak lebih fokus pada aktivitas non-fisik, sehingga mampu menurunkan produksi hormon stres seperti kortisol.Â
Tidak heran jika banyak orang merasa lebih tenang dan memiliki emosi yang lebih terkendali saat menjalani ibadah puasa.
Selain itu, kebiasaan meningkatkan ibadah seperti shalat malam dan membaca Al-Qur'an juga berperan dalam menyeimbangkan kondisi psikologis.Â
Menurut hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal psikologi spiritual, kegiatan ibadah dapat merangsang pelepasan hormon serotonin dan dopamin yang berperan dalam meningkatkan kebahagiaan.Â
Itulah sebabnya Ramadan sering dianggap sebagai terapi alami untuk mengatasi tekanan hidup.
Interaksi sosial yang lebih intens di bulan Ramadan juga memiliki efek positif terhadap kesehatan mental.Â
Saat berbuka puasa bersama keluarga atau menghadiri kajian keagamaan, seseorang bisa merasakan kehangatan dan dukungan emosional dari orang-orang di sekitarnya.Â