Komunikator adalah orang atau kelompok orang yang menyampaikan pesan, sedangkan komunikan adalah orang yang menerima pesan.
Sineas dan timnya di sini merupakan sang komunikator yang ingin menyampaikan pesan berupa cerita kepada masyarakat penontonnya yang bisa kita sebut sebagai komunikan.
Hal seperti inilah yang selalu saya sampaikan kepada mereka yang mengikuti workshop, bahwa pentingnya seorang filmmaker itu berhasil menyampaikan pesan berupa cerita hasil garapannya.
Maka dilihat dari sana, setiap sineas pemula tadi harus memahami betul bagaimana membuat penontonnya "terhipnotis" hingga akhirnya dengan kesadaran mampu memahami ceritanya.
Prinsip lainnya, mereka harus sadar bahwa karakter, plot dan logline yang mereka buat haruslah kuat sehingga pesan dalam cerita akan tersampaikan.
Dan tentunya penggarapan apik secara "cinematic storytelling" nya harus sangat mendukung, sehingga ketika kamera merekam, hasilnya bukan hanya sekadar rekaman adegan semata.
Sebenarnya, jika memang benar-benar nekat untuk mendalami hingga mampu membuat sebuah film yang standar, begitu banyak dan melimpah ruah sumber rujukan yang bisa dicari melalui internet.
Sayangnya, semangat yang menjadi andalan seakan membutakan bahwa mereka juga perlu memahami teori produksinya.
Teori produksi dipelajari bukan untuk membuat kita menjadi teoritis hingga akhirnya miskin kreativitas, melainkan semua itu diperlukan karena film sudah menjadi sebuah disiplin keilmuan.
Membuat produksi film harus mengikuti standar yang ada. Seandainya merasa ingin dan mampu menciptakan sesuatu yang baru, maka teori yang ada selama ini harus dipahaminya.
Bukannya mendadak mengakui bahwa ia telah menciptakan sesuatu yang baru namun tidak benar-benar memahaminya bahwa apa yang dilakukannya adalah benar-benar baru.