Muscle memory adalah kemampuan tubuh untuk mengingat gerakan yang sering dilakukan. Ketika seseorang terbiasa mengulang suatu aktivitas, tubuhnya akan bisa melakukannya tanpa berpikir.Â
Dilansir dari Journal of Neuroscience, proses Muscle Memory ini terjadi karena otak dan sistem saraf membentuk pola yang tersimpan dalam jalur saraf.
Saya pernah mengalami sendiri bagaimana muscle memory terbentuk dalam berbagai aktivitas yang saya tekuni.Â
Yaitu saat belajar Tae Kwon Do dan Jiu Jitsu, saya harus mengulang setiap gerakan berkali-kali hingga menjadi refleks.Â
Pukulan, tendangan, hingga teknik bantingan dilatih secara khusus agar tubuh dapat merespons secara otomatis saat dibutuhkan.
Begitu pula ketika saya bermain basket. Seiring waktu, saya terbiasa berada di posisi spesialis three-point shooter. Setelah ratusan bahkan ribuan kali latihan, saya bisa melepaskan tembakan tiga angka tanpa perlu berpikir panjang.Â
Bahkan, dalam beberapa kondisi, saya bisa melakukannya tanpa melihat ring secara langsung. Semua itu terjadi karena muscle memory yang terbentuk melalui latihan yang konsisten.
Bagaimana Muscle Memory Terbentuk?
Muscle memory terbentuk melalui proses neuroplastisitas, yaitu kemampuan otak untuk menyesuaikan diri dengan pengalaman dan kebiasaan baru.Â
Pada awalnya, ketika seseorang mempelajari gerakan baru, korteks motorik di otak bekerja lebih keras untuk mengontrol pergerakan.Â
Namun, seiring waktu dan latihan, kontrol itu berpindah ke ganglia basal dan otak kecil. Dikutip dari Harvard Medical School, kedua bagian ini bertanggung jawab atas gerakan otomatis yang tidak perlu dipikirkan.
Saat seseorang mengulang gerakan yang sama secara terus-menerus, sinapsis di dalam otak akan menguat. Dilansir dari Scientific American, semakin sering suatu gerakan dilakukan, semakin efisien otak dan tubuh dalam merespons.Â
Inilah alasan mengapa atlet, musisi, atau pekerja terampil bisa melakukan tugasnya dengan sangat cepat dan tepat tanpa banyak berpikir.
Selain itu, muscle memory juga dipengaruhi oleh sistem saraf perifer. Saraf-saraf ini mengirimkan sinyal dari otak ke otot untuk melakukan gerakan yang sudah dipelajari.Â
Semakin sering digunakan, semakin cepat responsnya. Itu sebabnya seseorang yang sudah lama tidak mengendarai sepeda tetap bisa melakukannya setelah bertahun-tahun tidak berlatih.
Latihan yang dilakukan secara sadar pada awalnya akan menjadi gerakan refleks seiring waktu. Dalam dunia olahraga, hal ini sangat terlihat.Â
Seorang petinju yang terbiasa menangkis serangan tidak lagi berpikir setiap kali lawan melancarkan pukulan. Tubuhnya akan bereaksi dengan cepat karena sistem sarafnya sudah menyimpan pola gerakan tersebut.
Apakah Muscle Memory Bisa Hilang?
Banyak orang mengira bahwa jika berhenti berlatih, muscle memory akan hilang. Namun, dikutip dari penelitian di Nature Neuroscience, jalur saraf yang telah terbentuk sebenarnya tidak benar-benar hilang, hanya melemah.Â
Ketika seseorang kembali berlatih, jalur tersebut bisa aktif kembali dengan lebih cepat dibandingkan saat pertama kali belajar.
Fenomena ini dikenal dengan istilah "relearning." Misalnya, seorang mantan atlet yang kembali berolahraga setelah lama vakum tidak akan mengalami kesulitan sebanyak orang yang baru pertama kali belajar.Â
Ini karena otaknya masih menyimpan pola gerakan yang pernah dilatih sebelumnya.
Namun, meskipun muscle memory tidak benar-benar hilang, tetap ada batasannya. Jika seseorang berhenti berlatih dalam waktu yang sangat lama, tubuhnya mungkin kehilangan kekuatan dan koordinasi.
Oleh karena itu, latihan secara konsisten tetap diperlukan untuk menjaga performa.
Muscle Memory dan Perubahan Kebiasaan
Muscle memory tidak hanya berlaku untuk gerakan fisik, tetapi juga dalam pola kebiasaan. Saat seseorang terbiasa melakukan sesuatu, itu akan menjadi bagian dari dirinya.Â
Jika terbiasa bangun pagi, membaca buku, atau berolahraga, maka tubuh dan pikiran akan menganggapnya sebagai hal alami.
Sebaliknya, jika seseorang terbiasa menunda pekerjaan atau melakukan kebiasaan buruk, itu juga bisa tersimpan dalam muscle memory.Â
Oleh karena itu, perubahan bisa terjadi jika seseorang membiasakan diri untuk melakukan sesuatu yang baru. Ketika kebiasaan positif terus dilatih, maka tanpa disadari, itu akan menjadi bagian dari hidupnya.
Saya meyakini bahwa jika seseorang ingin berubah, maka perubahan itu harus dilakukan secara konsisten.Â
Sama seperti saat saya melatih pukulan di Tae Kwon Do, kuncian di Jiu Jitsu, atau tembakan tiga angka di basket, semuanya membutuhkan waktu dan pengulangan.Â
Begitu juga dengan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika membiasakan diri untuk melakukan perubahan, maka perubahan itu akan terjadi dengan sendirinya.
Pada akhirnya, muscle memory membuktikan bahwa manusia adalah hasil dari apa yang dilakukannya secara berulang. Jika ingin berubah, maka perubahan harus dibiasakan terlebih dahulu.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI