Tagar #KaburAjaDulu tengah viral di media sosial, mencerminkan keresahan dan kefrustrasian generasi muda Indonesia terhadap masa depan negara.
Viralnya #KaburAjaDulu ini sejak Februari 2025, dan tren ini bukan sekadar keinginan untuk mencari pengalaman di luar negeri, tetapi juga menjadi simbol ketidakpuasan terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan politik di dalam negeri.
Mengutip dari Katadata, bonus demografi yang seharusnya menjadi peluang bagi Indonesia bisa berubah menjadi ancaman jika pemerintah gagal menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Bonus demografi, yang diprediksi mencapai puncaknya pada 2020-2035, seharusnya menjadi momentum emas bagi Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan melalui dominasi penduduk usia produktif.
Namun, dilansir dari Big Data BPS, jika tidak dikelola dengan baik, bonus ini bisa berubah menjadi beban demografi akibat tingginya angka pengangguran dan kurangnya kesempatan bagi anak muda untuk berkembang.
Kondisi ini mendorong banyak generasi muda untuk mencari alternatif di luar negeri, baik untuk studi maupun pekerjaan.
Fenomena #KaburAjaDulu juga mencerminkan ketidakpercayaan terhadap sistem yang ada. Dikutip dari Indonesia Expat, beberapa anak muda merasa bahwa sistem kerja di Indonesia masih penuh dengan nepotisme dan birokrasi yang sulit ditembus.
Hal ini menyebabkan mereka lebih memilih bekerja di luar negeri yang menawarkan sistem kerja lebih transparan dan kompetitif.
Selain itu, mengutip dari CNN Indonesia, ketidakstabilan ekonomi, tingginya biaya hidup, dan minimnya kesempatan kerja juga menjadi alasan utama mengapa banyak anak muda memilih meninggalkan Indonesia.
Namun, tren ini juga menuai perdebatan. Beberapa orang menganggap bahwa kondisi di Indonesia masih lebih baik dalam beberapa aspek.
Dilansir dari Jawaban.com, harga bahan pokok yang lebih murah serta iklim yang lebih nyaman menjadi pertimbangan bagi sebagian orang untuk tetap tinggal.