Mohon tunggu...
AK Pometia
AK Pometia Mohon Tunggu... Freelancer - Perempuan Sederhana yang berpikir kompleks. Cinta Hasil Pikir dan Pelangi Kreativitas pada Guratan Pena.

A Wife ~ Mother of 2 Teenagers and a Blogger https://www.akpometia.com/ {akpometia@gmail.com}

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pekerja Informal Profesional, Mungkinkah?

2 November 2021   23:12 Diperbarui: 5 November 2021   03:45 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hasil akhirnya adalah profesi informal yang konstan bermunculan sebagai bentuk ikhtiar dan kreativitas, juga kenekatan untuk tetap bisa bertahan hidup.

Selain dari cerita di awal tulisan, pekerja informal di Indonesia sangat banyak dan beragam. Sepanjang perjalanan di setiap daerah Indonesia, tebarkanlah pandangan ke sekeliling, lihat dan perhatikan baik-baik,  betapa banyaknya pekerja informal yang tertangkap mata.

Indonesia bukan satu-satunya negara yang perekonomiannya marak dengan sektor-sektor informal. Negara lain pun memiliki sektor informal yang tidak kalah dengan Indonesia, lengkap dengan pekerja informalnya, menyajikan juga merepresentasikan ciri khas negara. 

Tidak jarang bukan, ketika berlibur di negeri orang, tanpa sadar kita rindu Indonesia, rindu dengan geliat kehidupan informal di negeri sendiri. Inilah yang menjadi warna berbeda sekaligus sisi unik sebuah bangsa.

Benci tapi Rindu

Pekerja informal bagaikan dua sisi mata uang. Kadang butuh, kadang tidak. Suatu saat kita diuntungkan, di lain waktu sangat dirugikan. 

Misal, ketika mobil dihadang untuk memberi jalan mobil lain tanpa peduli kemacetan yang sudah mereka sebabkan, atau tukang parkir yang"mager", hanya bergerak ketika mobil sudah mau keluar, tidak ambil pusing sewaktu kita susah payah berusaha parkir. 

Jangan ditanya berapa banyak Pak Ogah yang justru malah menghalangi jalan dan bikin kagok, jelas-jelas jalan di dua arah kosong melompong, tapi kita dihadang untuk ikut arahannya. 

Atau mungkin pernah lagi makan, tangan kotor belepotan, tiba-tiba harus cari uang receh untuk pengamen yang enggan beranjak dari meja kita.

Namun tidak dipungkiri, kehadiran para pekerja informal ini terkadang justru dicari-cari. Beberapa kali di suatu daerah, kita kesulitan untuk putar balik, kepala sudah celangak-celinguk cari Pak Ogah, uang pun sudah disiapkan, namun apa daya, Pak Ogah tidak tampak. 

Kemudian, ketika hujan deras, mau lari ke mobil pasti basah kuyup, tunggu hujan berhenti pasti lama, di saat seperti ini, berharap ada ojek payung yang berseliweran. Pun berharap sangat ada tukang parkir yang mengarahkan ketika harus parkir paralel di tempat yang sempit. 

Benci tapi rindu, itulah rasa yang tepat untuk menggambarkan situasi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun