Masih banyak orang yang menganggap bahwa literasi itu bukanlah hal yang penting. Â Beberapa dari mereka bahkan termasuk orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan.Â
Masih banyak orang yang belum mau membuka mata, hati dan telinganya tentang betapa penting suatu literasi diterapkan di lingkungan sekolah, termasuk di lingkungan Pak Deni bekerja. Bahkan, ada beberapa tenaga pendidik yang berpikir jika memajukan literasi itu urutan yang ke sekian---setelah kecerdasan intelektual, spiritual dan emosional, katanya.
Padahal, literasi itu bukan hanya sekadar baca---tulis. Literasi bukan hanya sekadar melek huruf. Membaca sekadar mengeja. Menulis sekadar berkata-kata lewat pena.Â
Tidak hanya seperti itu. Literasi adalah kemampuan mencari, menemukan dan memahami isi suatu bacaan yang kemudian memanfaatkannya sesuai kebutuhan. Literasi juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-sehari seperti untuk membaca situasi, membaca peluang, dan membaca orang-orang.
Lantas, apa gunanya kemampuan ini? Tentu saja untuk membantu memecahkan segala persoalan atau permasalahan kita. Bila masalah dapat terselesaikan, hidup jadi lebih mudah.Â
Namun, masih banyak orang yang gagal paham dengan makna literasi yang sesungguhnya ini. Mereka masih salah kaprah menganggap bahwa literasi itu bukan sesuatu yang harus di nomorsatukan. Miris, bukan?
Salah satu penerapan literasi bisa diajarkan di perpustakaan. Pak Deni merupakan cerminan pustakawan sekolah yang ideal. Beliau mampu mendekatkan siswa dengan buku---mendekatkan siswa dengan perpustakaan.Â
Dalam menarik minat pemustaka untuk datang ke perpustakaan, Pak Deni menerapkan cara-cara yang kreatif. Ini membuktikan bahwa pustakawan yang satu ini merupakan pustakawan yang mampu berpikir open minded, mampu keluar dari zona nyaman dan gigih dalam meningkatkan mutu perpustakaan.Â
Dalam mengelola perpustakaan, Pak Deni memiliki strategi-strategi cemerlang untuk meningkatkan literasi dan daya kunjung pemustaka di perpustakaan khatolik, diantaranya:
Bersikap Ramah kepada Siswa-Siswi
Pak Deni adalah orang yang sangat mudah akrab dengan siswa-siswi. Hal tersebut merupakan strategi beliau agar perpustakaan tidak hanya menjelma sebagai gudang buku. Beliau ingin agar perpustakaan dapat terus dikunjungi oleh siswa-siswi. Â Untuk itu, beliau mencoba mengakrabkan diri dengan mereka.Â