Kadang kita nggak sadar, saat orang lain sakit---entah itu fisik, mental, atau hati---reaksi pertama kita malah membandingkan. 'Cuma segitu? Aku dulu lebih parah.' 'Ah, lebay banget.' Padahal kita nggak pernah benar-benar tahu rasanya jadi mereka. Rasa sakit itu personal, dan setiap orang punya kapasitas yang berbeda untuk menahan beban."
"Orang yang meremehkan penderitaan orang lain seringkali mengira dirinya lebih kuat. Tapi sebenarnya itu bukan karena dia hebat, mungkin dia cuma belum diuji seberat itu. Bisa jadi bukan karena kita lebih kuat, tapi karena Allah masih melindungi. Dan saat waktunya datang, kita akan sadar, bahwa empati dari orang lain jauh lebih bermakna daripada penghakiman."
Empati dalam Islam: Bukan Sekadar Rasa Iba, Tapi Tanda Keimanan
Rasulullah bersabda:
> "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan saling mengasihi adalah seperti satu tubuh. Jika satu bagian tubuh sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan sakitnya, dengan tidak bisa tidur dan merasa demam."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini jelas menggambarkan bahwa empati bukan sekadar sikap baik, tapi tanda bahwa hati kita masih hidup---masih peka terhadap rasa sakit orang lain.
Allah SWT juga berfirman:
> "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan."
(QS. Al-Ma'idah: 2)