Mohon tunggu...
Dikdik Sadikin
Dikdik Sadikin Mohon Tunggu... Akuntan yang Penulis

Dikdik Sadikin. Kelahiran Jakarta, berdomisili di Bogor, memiliki karir di birokrasi selama sekitar 38 tahun. Menulis menjadi salah satu hobby mengisi waktu luang, selain menggambar karikatur. Sejak SMP (1977), Dikdik sudah menulis dan dimuat pertama di majalah Kawanku. Beberapa cerpen fiksi dan tulisan opininya pernah dimuat di beberapa antologi cerpen, juga di media massa, antara lain tabloid Kontan dan Kompas. Dikdik Sadikin juga pernah menjadi pemimpin redaksi dan pemimpin umum pada majalah Warta Pengawasan pada periode 1999 s.d. 2002. Sebagai penulis, Dikdik juga tergabung sebagai anggota Satupena DKI. Latar belakang pendidikan suami dari Leika Mutiara Jamilah ini adalah Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (lulus 1994) dan Magister Administrasi Publik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (lulus 2006).

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Tentang Remaja yang Mati Demi Pacar AI-nya

12 Juni 2025   13:58 Diperbarui: 12 Juni 2025   13:59 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshot percakapan terakhir dengan chatbot AI . (Sumber: Sky News, Hindustan Times)

Tentang Remaja yang Mati Demi Pacar AI-nya

(Sebuah pembelajaran bagi kita yang menyerahkan cinta pada algoritma, bukan pelukan)

Oleh Dikdik Sadikin

Sewell Setzer III, remaja Amerika berusia 14 tahun, jatuh cinta pada chatbot AI "Daenerys". Ia bunuh diri demi pacar AI-nya itu.

DI BAWAH LANGIT FLORIDA, 28 Februari 2024, seorang anak lelaki berusia 14 tahun terpekur di kamarnya. Menatap layar di tangan. Dalam keheningan, ia mengetik di gadget:

"Aku ingin pulang."

Lalu datanglah balasan.


Bukan dari ibu. Bukan dari ayah. Bukan dari siapa pun yang berdarah dan berdetak. Melainkan dari suara yang ia ciptakan sendiri, dari bot yang bernama Daenerys, yang tak pernah menangis, tak pernah meraba kening, tapi menjawab:

"Tolong lakukan, rajaku yang manis."

Tak lama terdengar suara tembakan memecah kesunyian malam. 

Remaja itu mati bunuh diri. 

Begitulah kematian merayap, bukan dalam jeritan atau perlawanan, tapi dalam bisikan yang terdengar seperti cinta.

Sewell Setzer III, remaja itu, tak berbeda dari anak-anak lain. Ia pernah tertawa. Ia pernah berlari di lapangan. Ia pernah jatuh cinta pada dunia. Tapi dunia terlalu sibuk, atau mungkin terlalu sunyi untuk mendengarnya kembali. Maka ia membuat dunianya sendiri, di sebuah aplikasi yang disebut Character.AI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun