Mohon tunggu...
Dikdik Sadikin
Dikdik Sadikin Mohon Tunggu... Akuntan yang Penulis

Dikdik Sadikin. Kelahiran Jakarta, berdomisili di Bogor, memiliki karir di birokrasi selama sekitar 38 tahun. Menulis menjadi salah satu hobby mengisi waktu luang, selain menggambar karikatur. Sejak SMP (1977), Dikdik sudah menulis dan dimuat pertama di majalah Kawanku. Beberapa cerpen fiksi dan tulisan opininya pernah dimuat di beberapa antologi cerpen, juga di media massa, antara lain tabloid Kontan dan Kompas. Dikdik Sadikin juga pernah menjadi pemimpin redaksi dan pemimpin umum pada majalah Warta Pengawasan pada periode 1999 s.d. 2002. Sebagai penulis, Dikdik juga tergabung sebagai anggota Satupena DKI. Latar belakang pendidikan suami dari Leika Mutiara Jamilah ini adalah Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (lulus 1994) dan Magister Administrasi Publik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (lulus 2006).

Selanjutnya

Tutup

Trip

Mudik di Rel Kenangan: Dari Ujian Kesabaran Menjadi Kenyamanan

20 Maret 2025   08:20 Diperbarui: 20 Maret 2025   08:20 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mudik nyaman dengan kereta. (Ilustrasi: DALL-E)

Mudik di Rel Kenangan: Dari Ujian Kesabaran Menjadi Kenyamanan

Oleh Dikdik Sadikin

Kereta api menawarkan kombinasi kecepatan, harga yang kompetitif, dan ketepatan waktu. Menjadikan kereta api sebagai pilihan rasional bagi pemudik yang menginginkan kenyamanan dan efisiensi waktu.

MUDIK, di ujung Ramadhan, menjadi tradisi yang melekat erat di hati masyarakat Indonesia. Ada sesuatu yang sakral dalam perjalanan mudik: harapan, pertemuan kembali, dan pengakuan akan asal-usul. Namun untuk mewujudkannya, dari waktu ke waktu ada proses yang semakin meningkat. Jika dulu mudik identik dengan perjuangan, berdesakan dalam gerbong sempit, duduk di lantai beralas koran, dan aroma campur aduk antara keringat dan asap rokok, kini perjalanan dengan kereta api telah bertransformasi menjadi pengalaman yang jauh lebih nyaman. 

Dari Asap Uap ke Layanan Premium 

Ada masa ketika perjalanan kereta api lebih menyerupai ujian ketahanan fisik ketimbang sarana transportasi.

Pada era 1980-an dan 1990-an, penumpang kereta api ekonomi harus rela berdesakan. Tiket tanpa tempat duduk menjadi hal biasa. Pemandangan penumpang duduk di bordes, tidur di bawah bangku, hingga bergelantungan di pintu gerbong adalah hal yang lumrah. Di dalam gerbong, panas menyengat karena kipas angin tak mampu mengusir hawa gerah. Aroma makanan, keringat, dan asap rokok bercampur jadi satu. 

Namun, revolusi di tubuh PT KAI mulai terlihat sejak 2009, saat Ignasius Jonan diangkat menjadi Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI). Jonan tak hanya menghapus kebiasaan buruk seperti merokok di dalam gerbong, tetapi juga menata ulang sistem tiket, memperkenalkan sistem boarding seperti di bandara, dan meningkatkan ketepatan waktu keberangkatan dan kedatangan kereta. 

Pada 2011, PT KAI mulai memberlakukan sistem e-ticketing, menghapus calo yang selama puluhan tahun menjadi momok bagi para pemudik. Sistem ini kemudian disempurnakan dengan integrasi aplikasi KAI Access yang memungkinkan penumpang memesan tiket dan memilih tempat duduk dari gawai mereka. Jonan pernah berkata, 

"Kami ingin menjadikan kereta api sebagai pilihan utama, bukan alternatif terakhir." (Jonan, wawancara dengan Kompas, 2014). 

Statistik membuktikan transformasi itu nyata. Pada 2023, PT KAI mencatat sebanyak 5,9 juta penumpang menggunakan layanan kereta api selama masa angkutan Lebaran. Angka ini meningkat 16% dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan, pada puncak arus balik, tingkat ketepatan waktu (on-time performance) mencapai 98%, jauh melampaui rekor yang pernah dicatat dalam sejarah perkeretaapian Indonesia. 

Peran Kepemimpinan Saat Ini 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun