Belanja Implusif (Impulsive Buying) diartikan sebagai tindakan dalam membeli suatu produk secara spontan tanpa melakukan pertimbangan terlebih dahulu, disebabkan oleh pengaruh emosional yang kuat tanpa mengikutsertakan pikiran. Sehingga dalam prosesnya individu tergesagesa dalam membeli produk dan hanya bertujuan untuk memenuhi kepuasan sementara. Faktor belanja implusif tidak hanya berasal dari eksternal saja, misalnya seperti promo terbatas, diskon besar-besaran, dan karakteristik produk ataupun desain toko yang menarik. Tetapi, jika ditinjau berdasarkan studi psikologi kepribadian, terdapat adanya faktor internal, seperti tipe kepribadian yang menjadi peran penting dalam menentukan seberapa besar individu tersebut melakukan pembelian secara impulsif. Hal tersebut erat kaitannya dengan salah satu teori kepribadian yang dikembangkan oleh Hans J. Eysenck. Menurut Eysenck, kepribadian tersusun atas pola aktual maupun potensial dari individu yang ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Eysenck membagi kepribadian menjadi 3 dimensi utama: Neurotisme, psikotisme, dan ekstraversi-introversi.
Dimensi kepribadian seperti ekstraversi dan neurotisme berkaitan erat dengan prilaku impulsif. Individu dengan tipe kepribadian ekstrovert cenderung mencari stimulasi dan kesenangan langsung dari lingkungan eksternal yang dikarenakan kurangnya tingkat sensitif pada sistem saraf mereka, Hal tersebut menyebabkan mereka lebih responsif terhadap faktor yang menyebabkan terjadinya belanja implusif. Sedangkan individu yang introvert, cenderung lebih berhati-hati, tertutup, dan mempunyai kontrol diri yang lebih besar. selain itu, introvert secara alami mempunyai tingkat sensitif pada sistem saraf yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrovert dan mereka lebih mudah merasakan overstimulated sehingga bisa menahan diri dari godaan belanja.
Beberapa penelitian empiris dengan topik permasalahan yang sama, menjelaskan adanya hubungan yang saling keterkaitan antara ekstrovert dan prilaku belanja implusif. Ekstrovert didominasi oleh sifat yang mencari sensasi, sosial, dan spontan, memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan belanja implusif dikarenakan lebih mudah tergoda oleh stimulasi dari eksternal seperti diskon atau iklan produk. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa introvert bebas dari prilaku implusif. Jika dalam kondisi emosional tertentu, seperti berada dibawah tekanan atau kecemasan, introvert dapat menggunakan mekanisme pertahanan dengan melampiaska emosional tersebut dalam bentuk belanja. Terlepas dari tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, neurotisme juga memiliki kaitan dengan munculnya prilaku implusif. Individu yang tidak memiliki kestabilan emosional atau rentan terhadap kecemasan juga berpotensi besar dalam pembelian secara spontan.
Dengan begitu, bukan hanya karena faktor "promo" yang menjadi penyebab utama terjadinya belanja implusif. Keinginan psikologis yang muncul untuk kepuasan sementara, penerimaan sosial, serta pelampiasan dari emosional juga turut berperan besar, dan tipe kepribadian individu menjadi pengaruh atas semua hal tersebut. Ekstrovert lebih serin melampiaskan kebutuhan emosional yang sesaat dengan belanja, sedangkan introvert sebelum membeli cenderung lebih reflektif dan memikirkan sebab akibat dari produk yang akan dibeli. Dapat disimpulkan, belanja implusif bukan sekedar masalah sistem pemasaran yang agresif, namun sebagai refleksi dari siapa kita sebagai individu. Tipe kepribadian menjadi peran utama dalam membentuk keputusan belanja dan bagaimana kita sebagai konsumen agar lebih sadar dan bijak dalam belanja.Â
Kalau belanja impulsif bukan cuma karena promo, yuk mulai refleksi dan pahami kebiasaan belanjamu lebih dalam!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI