Mohon tunggu...
Kaf Hak
Kaf Hak Mohon Tunggu... Guru - Kompasianer Bojonegoro

Seorang penulis, organisator, motivator, dan youtuber. Urgensi sebuah tulisan yaitu ketika memiliki makna yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Bisnis Menulis Itu Penting

26 Januari 2021   21:55 Diperbarui: 26 Januari 2021   22:03 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kok bisa penting? Padahal cuma menulis. Coret-coretan di atas kertas yang terkadang dijadikan bahan untuk mengekspresikan kemarahan seseorang, setelah itu disobek-sobek kemudian dibuang. Mengapa bisa jadi bisnis?

Eits, jangan salah menafsirkan dulu ya! Bukan itu yang saya maksud. Itu hanya gambaran tentang ekspresi seseorang yang salah dalam menempatkan kemarahan. Itu hanya rasa kemarahan yang terlalu. Aslinya bukan kertas yang jadi korban dengan cara dicoret-coret dan disobek-sobek yang dipaksakan untuk menampung kemarahannya. 

Namun kesabaranlah yang cocok untuk menampung hal itu.  Kertas tak salah, alat tulis tak salah, yang salah itu orang yang memperlakukan kertas itu untuk menanggung kesalahannya dalam kondisi marah. Itu hanya gambaran bahwa tulisan tak semuanya diperlakukan baik, sehingga perlu adanya siasat baik dalam menggunakannya. Oke, kita ulas yang dimaksud bisnis menulis itu seperti apa.

Bicara tentang menulis, saya rasa banyak yang bisa. Karena sejak dari lingkungan keluarga, anak yang benar-benar diperhatikan mendapat bimbingan orang tuanya untuk mencoba coret-coret sesuatu di dalam berbagai media, sebisanya. Itu sebagai upaya orang tua untuk melatih keterampilan kognitif anaknya dalam menulis sesuatu. 

Terkadang bahkan disuruh menggambar sesuatu, apa pun itu yang dia bisa. Menuju fase usia berikutnya, kegiatannya pun ada peningkatan, yang sebelumnya hanya coret-coret saja, kini dibimbing untuk latihan menulis huruf abjad, kemudian berlanjut mengenali kata lalu jadilah sebuah kalimat yang tersusun dalam paragraf. Semua membutuhkan proses pendidikan yang sungguh-sungguh.

Dahulu mungkin menulis menggunakan tinta dan bulu angsa, yang mungkin masih kesulitan untuk merapikan hasil tulisan yang dihasilkan. Kalau saat ini mungkin agak ringan, cukup menggunakan pensil, bolpoin, dan bahkan dengan alat teknologi yang serba canggih, laptop dan komputer misalnya. 

Cara menulisnya tak serumit yang dahulu, alat ketik yang suaranya keras dengan tombol yang renggang dan banyak susunan besinya, yang masih menggunakan kertas sebagai lembar menulisnya. Namun, saat ini cukup dengan memencet tombol yang ringan ketika disentuh, dan tak perlu kertas lagi dalam lembar menulisnya, karena layar digital telah hadir dan mudah diakses. Kecuali memang keperluannya untuk mencetak, maka hal itu perlu adanya kertas.

Di sisi lain, mungkin tidak semua juga yang bisa menulis. Karena ya memang ada yang mempunyai keterbatasan di dalam indera tangan. Entah tidak bisa menggerakkan tangannya untuk menulis, atau memang sudah ditakdirkan memiliki alat indera yang terbatas. Itu menjadi alasan yang tak dapat terbantahkan. 

Namun, tidak menutupi keterampilannya dalam menulis. Bisa juga mereka yang memiliki keterbatasan, dengan keterampilan ide bagus yang dimiliki, mereka bisa menyampaikannya melalui perkataan kemudian ditindak lanjuti dengan tulisan yang dilakukan oleh orang lain. Bisa jadi seperti itu.

Kita yang memiliki alat indera lengkap, khususnya tangan kita yang dapat digunakan untuk bercengkerama dengan alam ini, menjadi sesuatu yang tak ternilai harganya, jika mau memanfaatkan dengan baik. Menulis misalnya, mumpung tangan kita masih bisa digerakkan, menulis merupakan sebagian dari kegiatan yang bermanfaat selagi prosesnya tidak menyalahi aturan, dan isi dari tulisan tersebut berisi makna-makna yang bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun