Mohon tunggu...
Fadlilah Karunia Novianti
Fadlilah Karunia Novianti Mohon Tunggu... -

Seorang yang tidak pernah berhenti belajar dan berjuang untuk mewujudkan cita-cita.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Terserah dan Terarah

23 Juli 2018   22:03 Diperbarui: 23 Juli 2018   22:01 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Kata 'terserah' mungkin sudah menjadi kata yang memiliki kesan tersendiri ya bagi sebagian orang, atau malah menjadi jawaban yang tidak disukai oleh beberapa orang yang lain? Akhir-akhir ini banyak postingan-postingan lucu mengenai kata tersebut. 

Biasanya digambarkan seorang perempuan yang memberikan jawaban kepada pacarnya jika ditanya 'mau makan apa?' , lalu dijawablah dengan senjata ampuh yaitu kata 'terserah' oleh si perempuan. Akhirnya laki-lakinya pun memberikan rekomendasi tetapi ujung-ujungnya juga banyak tidak disetujui. Sepertinya kalau yang ini banyak dialami teman-teman ya..

Namun berbeda kali ini saya ingin sedikit menceritakan tentang kata 'terserah' ini. Saya adalah anak yang bisa dibilang lebih dekat dengan Bapak saya. Setiap permasalahan berupa pilihan-pilihan sulit yang saya harus hadapi Bapak saya selalu memberi saya kesempatan untuk memilih. Tentu karena ada pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pemilihan ini. Beliau sering mengatakan pada saya 'terserah, bagaimana menurut kamu, apakah ...'. Beliau selalu berkata 'terserah' diikuti pertanyaan-pertanyaan 'umpan' yang membuat saya berpikir dan mempertimbangkan masalah itu.

Dulu saya pernah dalam masa-masa belum memahami makna tersebut. Sehingga saya pernah kesal karena saya merasa untuk apa mendiskusikan suatu permasalahan kalau ujung-ujungnya saya harus berpikir sendiri? 

Namun, saat ini saya memahami apa maksud Bapak saya berkata demikian. Sekarang saya tahu bahwa itu adalah salah satu cara Bapak saya melatih dan mengarahkan saya agar dapat mengambil keputusan sendiri dimasa mendatang. Selain itu, ini adalah cara beliau dalam membimbing saya untuk mengevaluasi diri, serta menilai apakah keputusan yang akan saya ambil ini berimbas baik atau buruk kedepannya. Dengan cara itu juga membuat kami dapat berdiskusi bersama sehingga keputusan tidak menjadi sepihak.

Sering kita mengalami kesalah pahaman dengan orang tua, dan hal ini adalah hal yang sangat wajar. Karena kita adalah mahluk yang diciptakan Tuhan dengan karakter yang berbeda-beda. Namun, hal ini dapat dijadikan suatu pembelajaran untuk saling memahami dan saling terbuka satu sama lain agar dapat mengurangi adanya kesalah pahaman dimasa mendatang. Suatu permasalahan tentu diberikan Tuhan tidak lain untuk menjadikan kita menjadi lebih baik, lebih dewasa, dan lebih bijak lagi. Setiap orang tua selalu memiliki cara tersendiri dalam mendidik anak-anak mereka. Meskipun terselubung di dalam kata 'terserah'.

Kata terserah mungkin membingungkan, tapi ketika orang tua yang mengatakan itu mereka cenderung mengarahkan anaknya agar memikirkan ulang untuk mengambil keputusan yang tepat. Memang, tidak bisa dibandingkan posisi orang tua yang sangat berpengalaman dan lebih dewasa dalam berkata 'terserah, baiknya bagaimana...' , saat menemui suatu persoalan. Dibandingkan dengan orang-orang seusia saya ini sering berkata 'terserah' karena berbagai faktor seperti memberikan kepercayaan, bingung atau bahkan mungkin karena malas memikirkan ya..hehe, yang akhirnya bukan membuat orang lain berpikir ulang dalam mengambil keputusan yang tepat, tapi malah membuat bingung. 

Tetapi semua akan dewasa pada masanya bukan? Saya setuju banyak orang yang mengatakan bahwa dewasa bukan perkara usia, tetapi perkara sikap dan ini kembali pada individu masing-masing. Karena hidup ini adalah proses. Jadi tidak bisa disama ratakan, apakah kata 'terserah-effect' ini akan memberikan dampak yang sama atau tidak.

Sekian, semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun