Mohon tunggu...
Dien Alski
Dien Alski Mohon Tunggu... Sales - Semarang, Rembang, Purbalingga, Banyumas, Kebumen

Melihat, mendengar, membaca, mengamati, kemudian mencoba untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ukraina Membangkang, Amerika Meradang

13 Maret 2023   23:06 Diperbarui: 13 Maret 2023   23:23 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampilan header akun Twitter Departemen Pertahanan Ukraina

Alih-alih ‘patuh’ pada instruksi Amerika Serikat agar mundur dari Bakhmut, Presiden Zelenskyy justru melakukan kontra-ofensif. Kota di Ukraine Timur itu kini menjadi ‘arena penggilingan daging’ mengerikan. 

MILITER Amerika Serikat sebelumnya menyatakan, perang memperebutkan Bakhmut cuma simbolis, bukan strategis maupun operasional. Mengisyaratkan agar Kiev tidak terlalu memfosir pasukan di kawasan yang sedang diperebutkan itu. “Buang-buang tenaga dan amunisi,” kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin.

Austin mengatakan, penarikan pasukan Ukraina ke barat bukan sebagai kemunduran strategis. Para analis dari Institute for the Study of War juga menilai, pasukan Rusia yang dimotori Wagner tak akan buru-buru menduduki Bakhmut, andai kawasan itu ditinggal mundur militer Ukraina.

Zelenskyy berpandangan lain. Alih-alih menuruti saran Amerika agar mundur selangkah demi menghemat amunisi sembari menunggu bantuan senjata Barat datang, dia justru melakukan kontra-ovensif.

Korban berjatuhan di Bakhmut, baik di pihak Ukraina maupun Rusia. Tentara Ukraina dan Wagner Group hanya dipisahkan sebuah sungai.

Ukraina mungkin telah berhasil menimbulkan kerugian besar bagi Rusia. Tetapi korban di pihak militer Kiev juga tinggi. Padahal Ukraina membutuhkan kekuatan raksasa untuk mengusir kembali pasukan Putin dari wilayah yang diduduki.

“Dengan mempertahankan Bakhmut, kami kami memperoleh waktu untuk mempersiapkan ofensif di masa depan. Sekaligus memusnahkan banyak pasukan musuh yang paling siap tempur, Grup Wagner,” kata Kolonel Jenderal Oleksandr Syrskyi, komandan pasukan darat Ukraina.

Sementara militer Amerika justru kuatir Ukraina akan menghabiskan banyak tenaga dan amunisi. Sehingga melemahkan kemampuan mereka untuk melakukan serangan balasan besar di musim semi.

Retakan dan Friksi
Di pihak Amerika sendiri, perbedaan pendapat mengenai perang Ukraina mulai mengemuka. Satu tahun setelah perang, Politico melaporkan mulai muncul perbedaan pendapat antara Paman Sam dengan Kiev. Terutama tentang tujuan perang serta bagaimana cara mengakhirinya.

“Apa sebenarnya tujuan pemerintahan Biden? Membantu Ukraina mengalahkan Vladimir Putin atau hanya memberi mereka uang untuk bertahan hidup,” tanya anggota DPR dari Partai Republik, Michael McCaul  dari Texas.

McCaul mengatakan tidak melihat ‘kebijakan untuk menang’ yang dijalankan Biden. “Jika tidak untuk menang, lalu untuk apa,” kata  Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR itu.

Biden memang berjanji akan selalu ‘membersamai’ Ukraina, saat dia melakukan kunjungan dramatis ke Kiev akhir Februari silam . Tetapi sejumlah ketegangan muncul. Meledaknya pipa gas alam milik Rusia di dasar Samudra Atlantik (nord stream) adalah salah satu Isu.

Intelejen Amerika menganalis bahwa ‘bisa jadi’ sabotase pipa gas yang mengarah ke Eropa itu dilakukan kelompok pro-Ukraina. Berbicara secara anonim kepada The New York Times, pejabat intelejen Amerika mengatakan, memang belum tentu peledakan pipa dilakukan Zelenskyy dan pembantunya. Tetapi operasi itu (jika benar dilakukan milisi Ukraina), melanggar pesan Amerika agar Ukraina hanya berperang di dalam negeri.

Isu Crimea
Isu lain adalah perbedaan pendapat bagaimana cara mengakhiri perang. Zelenskyy mengatakan tidak ada pembicaraan damai sebelum Rusia mengembalikan Crimea. Adapun Amerika menilai, kecil kemungkinan Rusia bersedia melepaskan wilayah yang sudah satu windu mereka duduki.

Menteri Luar Negeri Anthony Blinken menilai, merebut kembali Crimea akan menjadi garis merah bagi Putin. Yang mungkin mengarah pada eskalasi dramatis dari Moskow.

Selain itu, Pentagon juga secara konsisten menyatakan keraguan apakah pasukan Ukraina—meskipun dipersenjatai dengan senjata Barat yang canggih—akan mampu mengusir Rusia dari Crimea.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Adrienne Watson mengatakan Gedung Putih akan terus membantu Ukraina. “Kami mendukung perjuangan mereka dalam mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorial mereka."

Dia menambahkan, dengan Putin tidak menunjukkan tanda-tanda menghentikan perang, “hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah terus membantu Ukraina berhasil di medan perang. Sehingga mereka dapat berada di posisi terkuat di meja perundingan, ketika saatnya tiba.”

Ya benar. Perundingan di atas meja mungkin merupakan jalan terbaik untuk mengakhiri perang.  (Sumber: Voice Of America, Politico, Kompas, The New York Times).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun