Mohon tunggu...
Diena Nurhidayani
Diena Nurhidayani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UPNVJ

Perkenalkan, saya Diena Nurhidayani Mahasiswa Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketimpangan Gender di Indonesia dan Singapura

10 Juni 2022   20:26 Diperbarui: 10 Juni 2022   21:18 1583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

di Indonesia melainkan diseluruh penjuru dunia. Ketimpangan gender yang terjadi tidak luput dalam memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi. Ketimpangan gender juga terjadi pada pekerjaan diproksi dengan rasio tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan terhadap laki-laki. Hal ini ditunjukan dengan perempuan di sektor informal biasanya kurang memberikan jaminan perlindungan secara hukum dan jaminan kesejahteraan yang memadai, 

di samping kondisi kerja yang memprihatinkan serta pendapatan yang rendah. Dalam report yang dilakukan oleh (World Bank, 2005), di sektor formal, ada dua fenomena yang menunjukkan terjadinya diskriminasi gender 

dalam pasar kerja: penghasilan ratarata perempuan lebih rendah daripada laki-laki, dan pekerjaan perempuan dan laki-laki rata-rata sudah terpilah berdasarkan gender. Diskriminasi yang terjadi pada nilai penghasilan rata rata, membawa dampak yang sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi.

Analisis Dinamika Indeks Ketimpangan Gender (IKG) di Indonesia dan di Negara Singapura

IKG merupakan penggambaran kerugian atau kegagalan (loss) dari pencapaian pembangunan manusia akibat adanya ketidaksetaraan gender yang diukur dari aspek kesehatan, pemberdayaan, serta akses dalam pasar tenaga kerja. Pengukuran IKG dilakukan untuk membantu pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan dalam mengevaluasi capaian pembangunan menurut gender dan menemukan solusi perbaikannya.

Dalam (BPS, Kajian Penghitungan Indeks Ketimpangan Gender 2021, 2021), perhitungan IKG merupakan lanjutan dari kegiatan sebelumnya dengan menggunakan data tahun 2018-2020 dan menggunakan lima indikator yang tersedia datanya dan diukur pada level nasional, provinsi, dan kabupaten atau kota di Indonesia. 

Penggunaan tiga series data ini disesuaikan dengan penggunaan metode pendekatan baru dan sumber data utama yaitu Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS).

Berdasarkan Indeks Ketimpangan Gender dan Komponen Penyusunnya, 2018-2020, hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai IKG nasional tahun 2020 sebesar 0,400 . Nilai ini mencerminkan bahwa kerugian atau kegagalan pencapaian pembangunan manusia akibat dari adanya ketidaksetaraan gender adalah sebesar 40 persen. 

Angka tersebut lebih rendah dari hasil penghitungan GII UNDP. Hal ini disebabkan perbedaan indikator yang digunakan, yaitu indikator proksi MMR, proksi ABR dan tingkat pendidikan. Gambaran tingkat pendidikan dalam IKG menggunakan indikator persentase penduduk 25 tahun ke atas berpendidikan minimal SMA. 

Sementara itu, UNDP menggunakan batasan tingkat pendidikan SMP. Ada beberapa alasan yang mendasari perbedaan penggunaan indikator pendidikan tersebut. 

Pertama, gap capaian pendidikan dengan batasan SMP di Indonesia antara laki-laki dan perempuan sudah relatif kecil. Kedua, kecukupan sampel untuk melakukan disagregasi hingga tingkat kabupaten/kota lebih terpenuhi dengan batasan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun