Dalam dunia pertanian, selama ini kita terlalu fokus pada kuantitas panen seperti berapa hasil ton per hektar, seberapa besar ukuran buah atau biji, berapa buah dalam satu tanaman dan seberapa cepat masa panennya. Namun, di era sekarang, kita semakin sadar bahwa pasar bukan cuma membutuhkan hasil yang banyak tetapi juga berkualitas. Salah satu rahasia untuk mencapainya adalah dengan belajar fitokimia.
Apa itu fitokimia?
Fitokimia adalah cabang ilmu yang mempelajari senyawa bioaktif alami dari tumbuhan. Jadi, senyawa ini tidak sama dengan vitamin atau mineral utama. Senyawa ini yang digunakan tumbuhan untuk mekanisme pertahanan diri dari hama, penyakit dan efek buruk lingkungan. Meski bukan senyawa utama, fitokimia punya manfaat besar untuk kesehatan manusia mulai dari antioksidan, anti-kanker, anti-inflamasi, hingga pelindung kulit.
Senyawa apa saja yang termasuk di fitokimia?
Ada 5 Â kelompok senyawa bioaktif yang umum ditemui di semua tanaman, diantaranya :
1. Â Karotenoid contoh : likopen dan beta-karoten terdapat di tomat dan wortel (Jomova dan Valko, 2011)
2. Flavonoid contoh : quercetin dan antosianin terdapat di teh hijau, buah naga dan bit (Kamarudin et al., 2023)
3. Saponin contoh : diosgenin terdapat di kacang kedelai dan ginseng (Xiu dan Liu, 2022)
4. Alkaloid contoh : kafein dan morfin terdapat di kopi, teh dan opium (Smith dan Smith, 2024)
5. Tanin dan polifenol : katekin terdapat di cokelat, teh dan buah beri (Choi et al., 2022)
Apa saja yang dipelajari di fitokimia?
- Jenis dan fungsi senyawa kimia pada tanaman
- Kebermanfaatan senyawa kimia tersebut pada manusia
- Interaksi senyawa kimia terhadap lingkungan
- cara ekstraksi, analisis dan peningkatan kandungan senyawa kimia
Mengapa perlu kuasai fitokimia ?
- Panen bisa bernilai lebih tinggi
Petani sering fokus pada hasil panen melimpah tetapi abai pada kualitas yang meliputi senyawa aktifnya. Contoh: tomat dengan kadar likopen tinggi dicari industri skincare & suplemen. Jahe dengan gingerol tinggi diburu oleh industri farmasi.
- Membuka jalan ke agroindustri dan ekspor
Jika kita paham dengan fitokimia maka kita bisa memproduksi produk-produk seperti : ekstrak herbal, bahan baku kosmetik dan produk konsumsi berkualitas.
- Jadi agropeneur yang melek ilmu
Tak hanya menjadi petani yang cuma tahu cara menanam dan panen saja tetapi juga bisa meningkatkan senyawa bioaktif. Cara-caranya seperti : memilih varietas, mengendalikan stres terkontrol dan meng-elicite senyawa tersebut.
Inilah beberapa contoh aplikasi teknik-teknik peningkatan senyawa bioaktif di tomat :
1. Pilih bibit yang secara genetik menghasilkan kandungan fitokimia tinggi.
2. Mengatur faktor lingkungan sesuai penelitian Khareta et al., (2021)
- kadar likopen optimal pada tomat yaitu di suhu 25--30C dan pencahayaan yang optimal
- kekeringan dan salinitas yang ringan memacu produksi likopen (Anwar et al., 2025)
3. Manajemen pemupukan
- pupuk organik : kompos, berfungsi memperbaiki struktur tanah dan menyediakan nutrisi bagi mikroba tanah
- pupuk anorganik : Menurut Pires et al., (2023) bahwa kalium pada fase pembentukan buah sedangkan magnesium untuk aktivitas metabolisme tanaman
4. Menggunakan elicitor alami (stimulator) dengan cara menyemprotkan ke daun setiap 7-10 hari
- Asam salisilat (SA) berfungsi meningkatkan kandungan karotenoid.(Chandra et al., 2024)
- Chitosan berfungsi merangsang enzim fitokimia dan memperkuat dinding sel buah.
- Jasmonat (JA) berfungsi meningkatkan akumulasi senyawa bioaktif selama pembesaran buah.
5. Manajemen panen dan pasca panen
- Memanen tomat saat kulit buahnya berwarnah merah pekat dan pilih waktu panen saat pagi hari untuk menjaga stabilitas senyawa bioaktif (Dumas et al., 2023)
- Hindari penyimpanan dengan paparan sinar matahari langsung. Simpan tomat pada suhu 12-20C. Olah tomat pada suhu 60 C-75C Â (Shi & Maguer, 2023)
Nah, itulah pentingnya kita sebagai penggiat tani dan calon wirausaha dalam menguasai ilmu fitokimia. Ingat sob, beda tanaman, beda pula teknik budidayanya dalam meningkatkan senyawa bioaktifnya. Semoga artikel ini bermanfaat dan menggugah minat untuk memulai usaha di bidang pertanian.
Daftar referensi :
1. Anwar, Alia., M. Ashfaq, Sadaf habib, M. S. Ahmad3, H. S.-Ud-Din Mazhar3, R. M. Xing, Â M. A. Javed .2025. Improving the nutraceutical content of tomato (Lycopersicon esculentum) through saline and waterdeficit conditions. Advancements in Life Sciences, 12(1).
2. Chandra et al. (2024). Salicylic acid-mediated enhancement of lycopene in tomato. Journal of Applied Botany and Food Quality.
3. Choi, Y.M., et al. (2022). The roles of catechins in systemic inflammation. Food Chemistry, 373(1)
4. Dumas et al. (2023). Impact of maturity stage on lycopene concentration in tomatoes. Postharvest Biology and Technology.
5. Jomova, K., and Valko, M. 2011. Carotenoid antioxidants and their role in health and disease. Current Opinion in Clinical Nutrition & Metabolic Care, 14(6), 530--537.
6. Kamaruddin, K.S., et al. 2023. Antiinflammatory and anticancer effects of anthocyanins: A review. Antioxidants, 13(9), 1143
7. Khareta, P., M. Vashisht, M. Bhandari, S. Raj. 2021. Phytochemicals for Healthy Living: Extraction and Usage. International Journal of Technical Research & Science (Special Issue) ISSN No.:2454-2024.
8. Shi & Maguer. 2023. Thermal processing and bioavailability of lycopene in tomato products. Food Chemistry.
9. Smith, S.J. & Smith, D.M. (2024). Caffeine's role in pain management: A brief review. Journal of Pain Management, 18(5), 730.
10. Xu, J. & Liu, H. 2022. Antioxidative and hypolipidemic effects of diosgenin. Biological & Pharmaceutical Bulletin, 45(12), 3063--3070
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI