Mohon tunggu...
Didi Suprijadi ( Ayah Didi)
Didi Suprijadi ( Ayah Didi) Mohon Tunggu... Pendidik, pembimbing dan pengajar

Penggiat sosial kemasyarakatan,, pendidik selama 40 tahun . Hoby tentang lingkungan hidup sekaligus penggiat program kampung iklim. Pengurus serikat pekerja guru.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cerita Hari Ini Ular Sanca Penunggu Pohon Randu. (Bagian 6)

3 Oktober 2025   16:23 Diperbarui: 3 Oktober 2025   16:23 3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ular sanca berkepala mahkota penunggu pohon randu sumber dokpri 

Cerita Hari Ini, Ular Sanca Penunggu Pohon Randu (Bagian 6)

Oleh Didi Suprijadi (ayah didi)

Ketua Pembina KTH rumah kaum Jayakarta 


Suasana di bawah pohon keramat semakin mencekam. Desis ular yang datang dari segala arah membuat tanah bergetar halus. Warga terjebak dalam lingkaran ketakutan, tidak tahu harus lari atau tetap tinggal.

Kyai Hasan, dengan suara terbata-bata, akhirnya membuka rahasia yang selama ini hanya diceritakan secara bisik-bisik oleh orang-orang tua terdahulu.
"Dulu... berpuluh-puluh tahun yang lalu, jauh sebelum kampung ini ramai... leluhur kita membuat perjanjian dengan makhluk penunggu hutan ini."

Semua warga menatapnya dengan ngeri.

"Ketika musim paceklik, warga kekurangan makanan. Ular-ular raksasa muncul, bukan untuk memangsa, tapi menawarkan kesepakatan. Mereka memberi tanda: selama hutan tidak dirusak, selama pohon keramat tidak ditebang, dan selama ular tidak dijadikan buruan, kampung ini akan diberi hasil bumi yang berlimpah."

Bang Mus menelan ludah, wajahnya pucat.
"Lalu... apa yang kita lakukan?"

Kyai Hasan menghela napas berat.
"Leluhur kita mengikat perjanjian itu dengan darah. Seekor kambing hitam disembelih, darahnya diteteskan ke akar pohon randu keramat ini. Sebagai gantinya, tanah jadi subur, sawah tak pernah gagal panen, dan kampung selalu aman dari bencana."

Warga saling pandang, sebagian bergidik mendengar kata-kata itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun