Cerita Hari Ini, Ular Sanca Penunggu Pohon Randu (Bagian 3)
Beberapa hari setelah rapat, warga RW 03 digemparkan oleh kabar dari rumah Mbak Rasti, seorang janda muda yang tinggal di pinggir kebun.
Ia mengaku mendengar suara mendesis setiap malam dari atap rumahnya, seperti ular yang sedang melata di atas genteng.
Awalnya ia mengira hanya ular biasa. Namun, pada malam ketiga, saat ia memberanikan diri membuka jendela, pandangannya membeku.
Di pohon Rambutan depan rumahnya, melilit seekor sanca besar, matanya merah menyala, lidahnya menjulur panjang. Tapi yang membuatnya histeris bukan hanya itu,kepala ular itu perlahan berubah menjadi wajah manusia bermahkota dengan senyum mengerikan.
Jeritan Mbak Rasti membuat tetangga berlarian datang. Namun, ketika mereka tiba, ular itu sudah tak ada. Hanya tersisa bau anyir menusuk dan tanah yang basah seperti habis diguyur hujan, padahal malam itu langit cerah, bintang dan nampak .
Kabar tersebut membuat warga semakin yakin bahwa ular-ular yang sering ditangkap adalah bukan hewan biasa, melainkan jelmaan.
Bang Mus menambahkan cerita lain.
"Dulu, ada kakek penjual kayu yang juga pernah diganggu. Ular besar masuk ke gubuknya, lalu ketika kakek itu hendak memukul dengan parang, ular itu berubah menjadi seorang laki-laki tua berjubah putih. Laki-laki itu hanya berkata: 'Tanah ini bukan milikmu. Jangan ganggu kami.' Setelah itu lenyap tanpa jejak..."
Lain lagi cerita ripto seorang penjaga kebun , bahwa suatu ketika melihat banyak burung di atas pohon Randu. Rinto yang setiap hari menunggu kebun buru buru mengambil perangkap burung, dinaikkan nya kandang burung lengkap dengan perangkapnya. Tidak begitu lama kandang burung pak ripto sudah penuh dengan segala jenis burung hasil tangkapan. Kemudian kandang yang penuh burung dibawa  ke gubuknya sebelum dibawa pulang ke rumah.Â
Pak Ripto sambil menunggu waktu sore melihat lihat di sekeliling kebun takut ada orang yang memperhatikan. Alangkah kagetnya pak Ripto selepas adzan magrib burung burung dalam kandang lenyap semua, lebih kaget lagi dalam kandang melingkar ular sanca berkepala mahkota denga mata merah menyala. Tanpa menoleh kembali lagi ke gubug pak Ripto langsung kabur balik menuju rumahnya.
Cerita itu membuat bulu kuduk semua orang merinding.
Sejak kejadian di rumah Mbak Rasti, banyak warga yang memilih tidak lagi keluar rumah setelah Magrib. Kebun menjadi sepi, dan suara-suara aneh mulai terdengar setiap malam.
Ada yang mendengar erangan panjang, ada pula yang melihat bayangan ular raksasa melata di pematang sawah.