Mohon tunggu...
Didik Yandiawan
Didik Yandiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Kolektor album musik.

Alam semesta adalah guru terbaik saya. Kunjungi saya di: http://www.didikyandiawan.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Resensi Album: TOR-Lorem Ipsum

11 Maret 2012   07:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:13 1268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1331444392109078955

Kapan terakhir kali anda mendengarkan album Indonesia bergenre funk? Apapun jawabannya, album "Lorem Ipsum" dari TOR mengakhiri penantian panjang anda. Album bersampul kuning dengan gambar pisang berwarna kuning matang ini terlihat sederhana. Namun inilah gambaran sesungguhnya dari konten musik TOR di album "Lorem Ipsum" : manis dan bergizi.

Belasan tahun sudah TOR menerjemahkan apa yang mereka namai sebagai 'persuasive funk', musik yang mereka mainkan hingga saat ini. TOR mendefinisikan musik mereka sebagai paket yang hanya dapat dinikmati insan dengan pikiran terbuka dan hati yang sehat.

"Free your mind… and the rest will follow" menjadi pesan utama TOR di album ini. Minus distorsi, 14 lagu di album ini menyuguhkan petualangan musikal yang menawan. "Lorem Ipsum" menyuguhkan 54 detik penampilan perkusi Hendrikus Wisnu Nugroho sebagai intro menuju hentakan lagu berirama berjudul "Prove". Kejutan tidak berhenti sampai di sini. Berturut-turut, suguhan kematangan musikal TOR hadir di lagu "Aboy Asoy (Show Me the Way)", "Gaze the Eye", dan "Believe". Pada trilogi pertama album ini, Abimanyu Basuki (drums), Raymond Liando (bass), dan Warman Nasution (gitar, vokal) menghadirkan funk dalam suguhan yang eksklusif.

Trilogi kedua menampilkan beberapa lagu yang menarik. "Blind" hadir dengan latar gitar akustik, mengalun dengan dingin selepas "Wonderdog" membuat kedua kaki bergoyang. "Save Me Now" dan "Come Look At Me" kembali menggelitik gendang telinga dengan aroma progressive. Boleh jadi, kedua lagu ini adalah DNA album ini. Kekhasan aransemennya menjadi detak di setiap lagu TOR di album ini.

Atraksi bass versus perkusi dilatari efek rhodes terdengar prima pada track "Dialogue". Track ini menjadi perantara trilogi kedua dan ketiga album "Lorem Ipsum". Rasa jazz yang manis juga hadir di beberapa bagian lagu di trilogi ketiga album ini. Simak lagu "Hemp" yang menampilkan sound hammond dari Abbe Mirza. Atau alunan brass section nan seksi di lagu "Love Juice" yang membuat perbedaan nyata. Dan akhir perjalanan bersama "Lorem Ipsum" ditutup dengan dua lagu berjudul "Terra Incognita" dan "Angels Fooled". Setelah jemu dihajar bertubi-tubi dengan aransemen funk pada "Terra Incognita", TOR 'berkhianat'. "Angels Fooled" menjadi 'balada pengkhianatan' yang termanis dari TOR. Siapa menduga, di 2:35-2:50 alunan melodi gitar penuh distorsi disisipkan dengan penuh kejutan oleh Warman Nasution dan Mario Sadhono. Bahkan di antara 3:26-4:25 keliaran ini menjadi suguhan dahsyat dari TOR di lagu ini yang awalnya terdengar biasa.

Perjalanan musikal yang menyenangkan berhasil dikemas TOR dengan elegan. Album "Lorem Ipsum" layak mendapat tempat di rak koleksi album Indonesia anda.

+Didik Yandiawan+

Lorem ipsum, atau ringkasnya lipsum, adalah teks standar yang ditempatkan untuk mendemostrasikan elemen grafis atau presentasi visual seperti font, tipografi, dan tata letak. Maksud penggunaan lipsum adalah agar pengamat tidak terlalu berkonsentrasi kepada arti harfiah per kalimat, melainkan lebih kepada elemen desain dari teks yang dipresentasi.(wikipedia)

sumber gambar:www.disctarra.com

Deskripsi album:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun