Mohon tunggu...
made didi kurniawan
made didi kurniawan Mohon Tunggu... Peneliti dan Penulis Lepas

Penelitian 🕵️dan Penulis Lepas Artikel Ilmiah dan Populer ✍️

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Generasi Digital: Lebih Terhubung atau Justru Terasing?

30 Maret 2025   11:32 Diperbarui: 30 Maret 2025   11:32 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Generasi yang tumbuh besar dengan internet dan gawai pintar, seringkali dilabeli sebagai "digital natives," hidup dalam paradoks yang menarik. Di satu sisi, teknologi menawarkan konektivitas tanpa batas, memungkinkan mereka terhubung dengan individu di seluruh dunia dalam sekejap. Namun, di sisi lain, muncul kekhawatiran bahwa interaksi yang didominasi oleh layar dapat mengikis kualitas hubungan interpersonal di dunia nyata, memicu isolasi sosial dan perasaan terasing. Artikel ini akan menelisik lebih dalam bagaimana lanskap digital membentuk dinamika sosial generasi muda, menimbang antara potensi koneksi yang tak terbatas dan risiko keterasingan yang mengintai.

Jejak Digital dalam Interaksi Sosial


Menurut Sherry Turkle, seorang profesor studi sosial sains dan teknologi di MIT, dalam bukunya "Alone Together: Why We Expect More from Technology and Less from Each Other" (2011), ketergantungan pada komunikasi digital dapat mengurangi kemampuan kita untuk berempati dan membangun hubungan yang mendalam. Turkle berpendapat bahwa kemudahan dan kenyamanan komunikasi daring seringkali membuat kita menghindari percakapan yang sulit atau canggung, yang justru penting untuk membangun pemahaman dan kedekatan. Lebih lanjut, dilansir dari penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Social and Personal Relationships (Primack et al., 2017), penggunaan media sosial yang berlebihan dikaitkan dengan peningkatan perasaan kesepian dan isolasi sosial pada remaja dan dewasa muda. Hal ini menunjukkan bahwa kuantitas interaksi daring tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas hubungan sosial yang memuaskan.

Ruang Maya: Antara Komunitas dan Individualisme


Internet dan platform media sosial telah memfasilitasi pembentukan komunitas daring berdasarkan minat, hobi, atau identitas tertentu. Generasi digital dapat dengan mudah menemukan dan terhubung dengan individu yang memiliki kesamaan pandangan, terlepas dari batasan geografis. Fenomena ini, menurut Manuel Castells dalam bukunya "Network Society: A Cross-Cultural Perspective" (2004), menunjukkan bagaimana teknologi informasi telah memungkinkan terbentuknya bentuk-bentuk organisasi sosial yang baru dan lebih fleksibel. Namun, di balik potensi komunitas ini, terdapat pula kecenderungan individualisme yang diperkuat oleh personalisasi konten dan algoritma media sosial. Setiap individu terpapar pada "filter bubble" atau "echo chamber" yang memperkuat keyakinan mereka sendiri, yang berpotensi mengurangi paparan terhadap perspektif yang beragam dan memperdalam jurang pemisah antar kelompok.

Menemukan Keseimbangan di Era Digital


Menghadapi tantangan dan peluang era digital, generasi muda perlu mengembangkan literasi digital yang kritis dan kemampuan untuk menavigasi lanskap daring dengan bijak. Menurut Common Sense Media, sebuah organisasi nirlaba yang fokus pada dampak media dan teknologi pada anak-anak dan keluarga, penting untuk mengajarkan keterampilan seperti berpikir kritis tentang informasi daring, memahami privasi dan keamanan digital, serta mengembangkan kebiasaan penggunaan teknologi yang sehat dan seimbang. Lebih lanjut, penelitian dari University of Oxford (Bayliss et al., 2020) menyoroti pentingnya "digital well-being," yaitu kemampuan untuk menggunakan teknologi dengan cara yang mendukung kesehatan fisik dan mental, serta memelihara hubungan sosial yang bermakna di dunia nyata. Dengan kesadaran dan keterampilan yang tepat, generasi digital dapat memanfaatkan potensi koneksi tanpa batas sambil tetap menjaga kualitas interaksi sosial dan menghindari jebakan keterasingan.

Sumber Informasi:

Castells, M. (2004). Network Society: A Cross-Cultural Perspective. Edward Elgar Publishing.

Turkle, S. (2011). Alone Together: Why We Expect More from Technology and Less from Each Other. Basic Books.

Primack, B. A., Shensa, A., Sidani, J. E., Whaite, E. O., Lin, L., Rosen, D., ... & Miller, E. (2017). Association Between Social Media Use and Perceived Social Isolation in Young Adults. Journal of Social and Personal Relationships, 34(7), 891--901.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun