Mohon tunggu...
didik Pudjosentono
didik Pudjosentono Mohon Tunggu... Jurnalis - saya adalah sekian dari beberapa Penulis yang tercecer di gramatika media di negara ini , saya Lulusan Filsafat IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta TH 1996 , dan menganggur , tidak dapat pekerjaan sejak lulus Kuliah hingga sekarang, karena buruknya birokrasi dan banyaknya persaingan tidak sehat untuk bekerja apapun di Negeri beganjing ini
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Capricornus

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Surat Kedua untuk Anak-anakku

19 Februari 2020   14:07 Diperbarui: 19 Februari 2020   14:07 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anakanakku kusambung kembali suratku sepuluh tahun lalau ... bayangkanlah , seumpama ada burung sayapnya patah dan tidak bisa terbang , kemana ia akan berhinggap . keasaan ayah setelah ibumu di colong oleh maling di sini semua yang dialami dunia terasa Gelap seperti cerita Yusuf dan yakub, ditambah lagi dipisahkan dari  kalian dan saudara karena ulah maling itu sengaja menjebak ayak untuk masuk jeruji besi karena tipu daya dan kekuatan perzinahannya dengan ibumu, sejak tahun 2013 itu ayah nggeblag,  tak ada seekorpun semuta atau lalat menghinggapi ayah , apagi melayani , bahkan sekiranya ayah meninggalk juga nggak ada yang melayat.

Smua seperti terkuras semua , keringat darah perjuangan , arimata  , dan relung sukma , terbang bersama arak arakan burung nazar ketika ibumu terbang bersama gagak besara itu . ayah bukannya cemburu dengan mereka sama sekali tidak , karena semua pesonba dan daya tarik gundik  ada pada ibumu, dan nenek MGe dan nenek BMK kasiyo pernah mengatakan kalau ibumu kana menikah lebih dari 16 kali dalam setahun , dia akan berganti ganti pasangan seperti lebah mengisap madu.

Semua aku tak percaya , sebelas tahun setelah pernikahan kami , kami bari percaya bahkan ibumu tega tinggalkan ayah tanpa pesan sedikitpun , tanpa meninggalkan rasa penyesalan bahkan mengirimkan pembunuh berdarah dingin untuk menghabisi nyawa ayah , sitambah lagi semua Harat ayah sudah dikurasnya , Ibumu mencipatkan persepsi seolah ayah menderita gangguan Jiwaq dan nenek  menderita sakit akut yang tidak mungkin disembuhkan , dan berkesimpulan kalau keluarga kami semua gila. dan untuk m,enyelawatkan kalian kalian diungsikan di rumah Mereka .  ayah tak beradaya apa apa , apalagi setelah diterima PNS itu  ibumu semakin bisa lepas dan beralasan sibuk ... ( bersambung 3)  Surat kepada Anak-anak ..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun