Mohon tunggu...
Didik Pambudi
Didik Pambudi Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyuka Musik dan Sastra

bekerja di bidang media

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kader Demokrat, Banggalah pada AHY

4 Maret 2021   13:03 Diperbarui: 5 Maret 2021   03:29 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Didik L. Pambudi*)


Lembaga survei Parameter Politik Indonesia mengatakan, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memiliki elektabilitas sebesar 6,3 persen (berada di posisi ke-6) untuk calon presiden (capres) 2024. Hal ini disampaikan lewat siaran pers mereka 22 Februari 2021.

Yang menarik, selain Prabowo Subianto dan AHY, tidak ada satu pun ketua umum partai politik yang elektabilitasnya mampu masuk ke-10 besar.

Padahal, seperti kita ketahui, AHY belum mau bicara sedikit pun tentang pencapresan, yang memang lebih tiga tahun lagi baru digelar.

Prestasi ini tergolong cemerlang. Sehingga menjadi pertanyaan besar, mengapa dengan prestasi gemilang itu, masih juga banyak kader yang mempertanyakan kemampuan AHY.

Mundur ke belakang, AHY sudah lama menunjukkan totalitasnya terhadap perpolitikan tanah air.

Meski tergolong berprestasi paling cemerlang di TNI, AHY rela meninggalkan karier militernya dengan ikut terjun di Pilkada Jakarta.

Meski kalah, AHY berhasil mendulang simpati besar di pilkada yang seolah menjadi panggung nasional itu.

Di kekalahannya itu juga, AHY menunjukkan ia memang berjiwa kesatria. Menelepon rival politiknya, memberi ucapan selamat, dan mengakui kekalahan. Jiwa kesatria yang bahkan belum dimiliki banyak pemimpin tingkat nasional di negeri ini.

Simpati masyarakat yang demikian besar akhirnya membuat elektabilitas AHY sebagai Calon Wakil Presiden menjadi yang tertinggi, baik bagi Joko Widodo ataupun Prabowo Subianto. Sayang Prabowo akhirnya lebih memilih berpasangan dengan Sandiaga Uno, meski awalnya ingin berpasangan dengan AHY.

Tapi AHY memang tak kenal kata patah dan menyerah. Baginya jatuh bangun, jatuh dan bangun lagi adalah hal biasa.

Ketika ditunjuk memimpin pemenangan Partai Demokrat untuk Pemilu 2019, AHY lagi-lagi menunjukkan kemampuan besarnya. Di tengah perhatiannya kepada Ibu Ani Yudhoyono yang tengah sakit keras, AHY tetap mampu menyelamatkan Partai Demokrat yang terancam tidak lolos ambang batas parlemen.

Ini bukanlah pekerjaan mudah karena Susilo Bambang Yudhoyono, ikon Partai Demokrat, hanya bisa memberikan arahan dari jauh. SBY mesti mendampingi Ibu Ani Yudhoyono di sebuah rumah sakit di Singapura.

Prestasi yang ditorehkan AHY itulah yang menyebabkan ia memang satu-satunya kader Partai Demokrat yang layak menduduki Ketua Umum Partai Demokrat.

Maka tak perlu heran jika pencalonannya sebagai Ketum PD didukung hampir 100 persen pemilik suara se-Indonesia. Dukungan mayoritas mutlak itu membuat AHY terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat secara aklamasi.

Kini, seperti terjadi sebuah keajaiban kedelapan dunia, ketika AHY yang mendapat demikian besar penghargaan dari masyarakat justru dihina di partai sendiri. Padahal nama para kader penghinanya itu bahkan tak pernah disebut di bursa calon presiden 2024. Bahkan mungkin tak dikenal masyarakat.

Tentu ada korelasi antara posisi sebagai ketua umum suatu parpol dengan tingkat elektabilitas sebagai capres. Buktinya Prabowo Subianto yang memiliki elektabilitas tertinggi adalah Ketum Gerindra.

Para ketum parpol lainnya, meski hanya dapat nol koma sekian persen suara pun tapi bernasib lebih baik dibandingkan kader lain di partai mereka, yang bahkan tak disebut namanya.

Mestinya sedikit kenyataan-kenyataan di atas membuat para kader Demokrat merasa bangga pada pemimpinnya.

Bukan malah mengkhianatinya dengan memburukkan, menghina, bahkan ingin menggantinya dengan sosok lain yang elektabilitas sebagai capres tak masuk sepuluh besar.

*)Kader di DPP Partai Demokrat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun