Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Terpendar

30 April 2024   13:04 Diperbarui: 30 April 2024   13:07 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Ibu menghela nafas panjang.


"Dulu, ketika kau hendak pergi ke Jepang, kau sendiri yang bersikeras untuk mengakhiri 'hubungan' dengan Tirta. Saat Ibu bilang apakah itu tidak akan menganggumu, kau malah bilang itu demi ketenangan dan keleluasaan kalian. Karena kau tak ingin membelenggu Tirta dan juga dirimu dengan `kepastian` hubungan. Belum tentu lima, sepuluh tahun kau bakal kembali, begitu ujarmu. Dan kau tak ingin selama itu, Tirta dan juga dirimu terbebani pikiran saling menunggu.


"Ketika kau juga tak pernah menyinggung dan mengeluh tentang Tirta pada tahun-tahun kemudian, Ibupun berpikir mungkin keputusanmu itu memang benar. Ibu pun merasa lega.


"Namun, sekarang, ketika ternyata kau masih memendam perasaan itu, ...


"Ibu tidak mengerti, Asih. Terus terang Ibu tidak mengerti kenapa kamu tega membebani diri dengan persoalan, dengan pikiran yang sebenarnya bisa kamu bagi dengan orang lain, dengan Ibu?!"


"Bu, pada mulanya Asih memang berpikir semuanya akan baik-baik saja. Dengan jarak yang tidak lagi dekat, Asih pikir itu suatu kesempatan untuk saling menata diri. Mengevaluasi diri. Mengevaluasi ..."


"Tapi akhirnya, kau tak mampu melupakannya?"


Lama aku terdiam. Ibu benar. Aku memang tak pernah bisa melupakan Tirta. Semakin aku menghindar, semakin bayang Tirta lekat menguntitiku.


"Bu, besok Asih mau ke Brebes. Menemui Eno. Sudah lama sejak kepergian Asih ke Jepang, Asih tak lagi bertemu dengan Eno."


"Menemui Tirta?"


"Entahlah. Tapi yang jelas, Asih tidak ingin terus larut dalam kubang ketidakpastian."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun