Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kucing Hitam

7 Maret 2020   21:18 Diperbarui: 8 Maret 2020   15:33 1042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto ilustrasi pada cerita asli | The Black Cat-Edgar Allan Poe

Perlahan kucing itu menjauh. Lubang bekas matanya itu menjadi sesuatu yang tidak cantik untuk dipandang, sungguh; tapi kucing itupun tak lama nampak menderita kesakitan. Mestinya, tentu ia lari menjauhiku ketakutan saat aku mendekat. 

Kenapa ia tak lari? Ini membuatku sulit untuk marah. Aku merasakan tumbuh dalam diriku satu perasaan baru. Siapa yang tidak pernah, sekian kali, mendapati dirinya berbuat salah, berbuat banyak hal jahat tanpa alasan apapun kecuali ia tahu ia keliru? Tidakkah kita manusia pada laju pusaran waktu, pernah tersesat melanggar aturan padahal kita tahu itu menjadi aturan?

Suatu hari, dalam kebekuan hati, aku kalungkan sebuah rantai yang keras ke leher kucing itu, dan kuseret ia ke gudang di bawah rumah. Kugantung ia pada salah satu tiang kayu di atas kepalaku. Aku mengantungnya di sana sampai ia tewas. 

Aku mengantungnya di sana dengan tangisan di mata, aku menggantungnya sebab kutahu dia mencintaiku, sebab aku marasa dia tidak memberiku alasan untuk melukainya, sebab kutahu perbuatanku sungguh sebuah kesalahan yang sangat besar, sebuah dosa yang begitu biadab yang akan menempatkan jiwaku selamanya di luar jangkauan kasih Tuhan!

Malamnya, saat kuberanjak tidur, aku dengar lewat jendelaku yang terbuka jeritan tetangga-tetanggaku. Aku melompat dari tempat tidur dan mendapati seluruh bagian rumah dipenuhi api. Dengan begitu susah payah istriku dan aku menyelamatkan diri. 

Dan saat kami sampai di luar rumah, yang dapat kami lakukan hanyalah berdiri dan menyaksikannya terbakar ambruk ke tanah. Aku teringat kucing itu saat menyaksikannya terbakar, kucing yang mayatnya kutinggalkan menggantung di gudang. Nampaknya kucing itulah yang berada di balik misteri terbakarnya rumah sebagai tebusanku atas perbuatan jahatku, sebagai balas dendamnya terhadapku.

Bulan-bulan lewat, dan aku tidak dapat menyingkirkan pikiran tentang kucing itu dari ingatanku. Suatu malam aku duduk di restoran, minum, seperti biasa. Di pojokan aku lihat sesosok kelam yang tidak aku lihat sebelumnya. 

Aku mendekat untuk melihat apa itu pastinya. Itu adalah seekor kucing, seekor kucing yang hampir sangat mirip Pluto. Aku menyentuhnya dengan tanganku dan membelainya, membelaikan tanganku dengan lembut di sepanjang punggungnya. Kucing itu bangkit dan menepiskan punggungnya dari tanganku.

foto ilustrasi pada cerita asli | The Black Cat-Edgar Allan Poe
foto ilustrasi pada cerita asli | The Black Cat-Edgar Allan Poe
Tiba-tiba kusadari bahwa aku menginginkan kucing itu. Aku menawarkan untuk membelinya pada penjaga restoran, tapi dia menyatakan dia tidak pernah melihat hewan itu sebelumnya. Saat kutinggalkan restoran, ia mengikutiku, dan kubiarkan ia melakukannya. Iapun menjadi hewan piaraan istriku dan diriku.

Paginya setelah aku membawanya pulang, bagaimanapun, aku mendapati kucing itu, mirip Pluto, punya hanya satu mata. Bagaimana mungkin aku tidak memperhatikan ini semalam? Kenyataan ini justeru membuat istriku semakin menyayangi kucing itu. Tapi aku, sendiri, menjadi merasa benci. Tapi kebencianku terhadap hewan itu justeru seperti menambah kecintannya padaku. 

Ia mengikutiku, mengikutiku kemanapun, selalu. Saat aku duduk, ia merebahkan diri di bawah kursiku. Saat aku bangun ia menyelinap ke kakiku dan hampir membuatku jatuh. Kemanapun aku pergi, ia selalu mengikuti. Saat malam aku memimpikannya. Dan akupun mulai membenci kucing itu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun