Mohon tunggu...
Diky
Diky Mohon Tunggu... Mahasiswa

My hobbies are playing football and fishing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Overthinking Global: Ketika Dunia Terlalu Sibuk untuk Tenang

24 Juli 2025   19:45 Diperbarui: 24 Juli 2025   19:45 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi Overthinking

Gen Z: Born Digital, Raised Anxious
Generasi yang tumbuh dengan smartphone di tangan mengalami tingkat kecemasan tertinggi dalam sejarah. Mereka tidak pernah mengenal dunia tanpa media sosial, tanpa akses informasi 24/7, tanpa tekanan untuk mendokumentasikan setiap momen kehidupan.

Statistik mengkhawatirkan menunjukkan bahwa remaja saat ini 50% lebih mungkin mengalami episode depresi mayor dan 30% lebih mungkin melakukan bunuh diri dibandingkan 20 tahun yang lalu. Di lingkungan kampus, 41% konselor perguruan tinggi melaporkan gangguan kecemasan sebagai gangguan yang paling sering mereka lihat di antara pasien mereka, sementara 50% mahasiswa melaporkan kesehatan mental mereka di bawah rata-rata atau buruk.

Millennials: Sandwich Generation of Worry
Terjebak antara ekspektasi generasi sebelumnya dan realitas ekonomi yang sulit, millennials mengalami "quarter-life crisis" yang berkepanjangan. Setiap pilihan dipertanyakan: "Apakah ini karir yang tepat?" "Kapan harus menikah?" "Bisakah saya beli rumah?" Data menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 berkontribusi pada peningkatan substansial.

Dalam prevalensi gangguan kecemasan dan depresi secara global Jumlah individu yang mengalami gejala depresi di seluruh dunia meningkat sekitar 28%, berkembang dari sekitar 193 juta menjadi 246 juta orang. Wanita 1,6 kali lebih mungkin terkena gangguan kecemasan dibandingkan pria, menambah kompleksitas masalah generasi ini.

Ekonomi Overthinking

Industry of Anxiety
Overthinking telah menciptakan ekonomi tersendiri. Aplikasi meditasi bernilai miliaran dollar, terapis online, life coaches, dan "wellness influencers" semua memanfaatkan epidemi kecemasan global. Ironi modern: kita membayar untuk mengatasi masalah yang diciptakan oleh teknologi yang sama.

Productivity Paradox
Semakin banyak tools untuk meningkatkan produktivitas, semakin banyak waktu yang kita habiskan untuk memikirkan cara menjadi produktif. Notion templates, productivity hacks, dan morning routines telah menjadi bentuk baru overthinking yang dikemas sebagai "self-improvement."

Solusi atau Ilusi?

Mindfulness: Tren atau Transformasi?
Meditasi dan mindfulness telah menjadi mainstream, namun apakah benar-benar efektif atau hanya band-aid untuk luka yang lebih dalam? Ketika mindfulness menjadi komoditas, apakah kita benar-benar healing atau hanya mengonsumsi produk spiritual?

Digital Detox: Escapism atau Essential?
Gerakan digital detox berkembang pesat, namun dalam dunia yang semakin digital, apakah ini solusi realistis atau privilege yang hanya bisa dinikmati segelintir orang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun