Mohon tunggu...
Dicky Hibbul
Dicky Hibbul Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Prodi Pengembangan Masyarakat Islam, Kelas D

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menimbang Efektivitas: Perbandingan Metode Dakwah di Era Modern

22 Juni 2025   10:44 Diperbarui: 22 Juni 2025   10:44 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dakwah merupakan jantung dari penyebaran ajaran Islam. Namun, menyampaikan kebenaran tidak hanya soal niat yang kuat, tetapi juga tentang bagaimana pesan itu dikomunikasikan. Di tengah keberagaman masyarakat dan derasnya arus teknologi informasi, para pendakwah kini dihadapkan pada pilihan metode dakwah yang sangat beragam. Masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan tersendiri.


Salah satu metode yang paling klasik adalah dakwah bil-lisan, yakni penyampaian pesan secara langsung melalui ceramah, khutbah, atau diskusi. Keunggulannya terletak pada interaksi langsung dengan jamaah, yang memungkinkan komunikasi dua arah. Namun, metode ini memiliki batasan waktu dan tempat serta sangat bergantung pada kemampuan berbicara sang pendakwah. Sementara itu, dakwah bil-kitabah, atau dakwah lewat tulisan, menawarkan keunggulan dalam hal jangkauan dan keberlangsungan. Tulisan dapat diakses kapan saja dan dijadikan rujukan dalam jangka panjang. Tapi tentu saja, metode ini cenderung kurang interaktif dan menuntut keahlian menulis yang mumpuni.


Berbeda dengan dua metode di atas, dakwah bil-hal hadir melalui keteladanan. Da'i tidak hanya berbicara, tetapi menjadi contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Meski hasilnya tidak instan, metode ini sangat kuat dalam membentuk persepsi dan kepercayaan masyarakat. Namun, konsistensi perilaku menjadi tantangan utama dalam menerapkannya.


Di era digital, media elektronik seperti YouTube, podcast, dan media sosial menjadi kanal dakwah yang tak bisa diabaikan. Kemampuannya menjangkau audiens dalam jumlah besar membuat metode ini sangat populer. Namun, risiko penyebaran hoaks dan informasi tidak valid menjadi tantangan tersendiri, selain ketergantungan pada teknologi dan koneksi internet.


Tak kalah menarik, dakwah berbasis seni dan budaya seperti musik religi, film Islami, atau seni kaligrafi juga semakin diminati, terutama oleh generasi muda. Sentuhan emosional dari karya seni membuat pesan Islam terasa lebih menyentuh. Meski demikian, metode ini rentan terhadap penyimpangan nilai jika tidak dikawal dengan baik.


Melihat ragam metode yang ada, satu hal menjadi jelas: tidak ada satu metode yang paling unggul dalam semua konteks. Keberhasilan dakwah sangat bergantung pada kombinasi metode yang sesuai dengan karakteristik audiens dan situasi sosialnya. Pendakwah masa kini dituntut adaptif, kreatif, dan bijak dalam memilih cara menyampaikan kebaikan.


Menggabungkan kekuatan berbagai pendekatan lisan, tulisan, keteladanan, media, dan seni merupakan strategi yang relevan untuk menjawab tantangan zaman. Dakwah tidak hanya harus terdengar, tapi juga harus terasa dan menyentuh. Dalam dunia yang serba cepat dan dinamis, dakwah yang efektif adalah dakwah yang komunikatif, kontekstual, dan membumi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun