Mohon tunggu...
Almadi
Almadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Lihat sekitarmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bos Bray

13 Februari 2021   07:30 Diperbarui: 13 Februari 2021   07:33 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pribadinya yang elok dan lembut jika bicara jadi daya tarik tersendiri. Bos Bray punya teman dekat namanya Andi. Kemana saja selalu berdua. Andi sudah dianggap lebih dari adik kandungnya. 

Andi adalah tempat dia melampiaskan uneg-unegnya sekaligus memecahkan persoalan yang dihadapi. Bos Bray kenal Andi waktu dia beli tiket hendak ke Jakarta. Sejak itu, keduanya lengket dan tak dapat dipisahkan. Kadang Andi tidur di rumah Bos Bray.

Andi mahasiswa terakhir pada Universitas kenamaan kota Padang. Pemuda yang berwajah tampan itu termasuk orang berada. Bapaknya salah seorang pejabat yang disegani. 

Andi simpatik dengan Bos Bray. Begitu pula Bos Bray merasa cocok dan tak perlu waktu lama mengenal pribadi masing-masing. Mereka sering tidur sekamar. Itu berlangsung lama. Mereka seakan tak dapat dipisahkan. Tidak bertemu sehari saja keduanya gelisah. Saling merasa bersalah.

Andi diam-diam menjalin hubungan dengan Desi. Itu dilakukan agar orang tak tidak curiga. Orang tua Andi mendukung hubungannya dengan Desi yang baru saja wisuda pada Perguruan Tinggi swasta ternama.

Andi punya kesempatan menemui Desi jika Bos Bray ke Jakarta mengurus perusahaannya. 

“Apa bisa besok berangkat ke Jakarta, kalau oke biar om pesan tiketnya sekarang.”

“Andi besok ada acara om.”

Sejak dekat dengan Desi, beberapa kali ajakan Bos Bray dia tolak. 

Bos Bray diam-diam menaruh curiga. Tingkah laku Andi tak lazim dan mulai jaga jarak.

Bos Bray mencari orang untuk memata-matainya. Siapa yang tidak mau pekerjaan jadi intelijen dibayar mahal. Setiap pergerakan Andi langsung dilaporkan lewat WhatsApp. Bos Bray cemburu melihat Andi berjalan dengan Desi. Hatinya sakit tak terkira. Semuanya bercampur aduk tak karuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun