Akibatnya, orang lain yang melihat bisa merasa rendah diri. Ada yang jadi membandingkan hidupnya, merasa gagal, bahkan depresi.
Di sisi lain, orang yang suka flexing pun tidak selalu benar-benar bahagia. Banyak penelitian psikologi menemukan kalau orang yang terlalu sering pamer justru cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Mereka takut kehilangan perhatian. Takut kalau tidak lagi dianggap hebat.
Akhirnya, hidup mereka dikendalikan oleh validasi orang lain, bukan oleh ketenangan batin.
Filsafat tentang Kesombongan: Kesalahan dalam Melihat Diri
Dalam filsafat, ada satu gagasan menarik dari Socrates: "Kenali dirimu sendiri." Kesombongan sering lahir karena manusia gagal mengenal dirinya.
Anda mungkin merasa hebat karena punya jabatan tinggi. Tapi apakah jabatan itu milik Anda selamanya? Anda mungkin merasa lebih pintar dari orang lain. Tapi apakah kepintaran itu tidak bisa dikalahkan oleh orang lain suatu hari nanti?
Kesombongan lahir dari lupa kalau manusia itu fana, terbatas, dan tidak sempurna. Kita lupa kalau segala sesuatu yang kita punya pada akhirnya bukan murni hasil diri sendiri, tapi juga karena kesempatan, bantuan orang lain, bahkan takdir yang di luar kuasa kita.
Ketika Hidup Memberi Pelajaran yang Keras
Tidak sedikit orang yang baru sadar setelah mengalami pukulan hidup. Ada yang dulu begitu sombong dengan kekayaannya, lalu tiba-tiba bangkrut karena krisis. Ada yang arogan dengan kesehatan dan kekuatannya, lalu tiba-tiba sakit keras yang membuatnya tidak berdaya. Ada juga yang merasa paling hebat di pekerjaannya, lalu tiba-tiba tergeser oleh generasi baru yang lebih cepat beradaptasi.
Kehidupan punya caranya sendiri untuk meruntuhkan tembok kesombongan. Kadang dengan perlahan, kadang dengan sangat keras. Tapi selalu ada pesan di baliknya: manusia tidak pernah punya kendali penuh atas hidupnya.
Hikmah: Kekuatan Sejati Ada pada Kerendahan Hati
Kalau dipikir-pikir, orang yang rendah hati justru lebih kuat. Kenapa? Karena ia tidak takut kalah. Ia tidak sibuk menjaga pencitraan. Ia mau belajar dari siapa saja.
Kerendahan hati bukan berarti minder. Bukan berarti tidak boleh bangga dengan pencapaian. Tapi bedanya, orang rendah hati tahu bagaimana menikmati keberhasilan tanpa harus merendahkan orang lain. Ia tahu cara bersyukur tanpa merasa lebih tinggi dari sesama.
Dalam Islam, ada nilai yang indah: setiap nikmat adalah amanah. Kalau Anda diberi harta, jabatan, atau ilmu, itu bukan sekadar untuk dipamerkan, tapi untuk dimanfaatkan dengan baik. Itu yang membuat hidup lebih bermakna.