Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Let's talk about life.

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Arogansi, Flexing, dan Harga yang Harus Dibayar

31 Agustus 2025   08:56 Diperbarui: 31 Agustus 2025   08:56 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesombongan dan flexing seringkali dibayar dengan harga yang sangat mahal (Gemini AI-Generated Image) 

Anda bisa bayangkan perasaan orang itu. Pamer yang dulu membanggakan, tiba-tiba berubah jadi bumerang. Inilah yang sering terjadi dengan kesombongan. Saat sedang berada di atas, kita merasa aman. Tapi roda kehidupan tidak pernah berhenti berputar. Dan ketika ia berputar ke bawah, semua yang dulu kita banggakan bisa menjadi luka yang semakin menyakitkan.

Perspektif Islam: Kesombongan yang Menutup Hati

Dalam ajaran Islam, kesombongan sering dipandang sebagai penyakit hati yang berbahaya. Bukan cuma karena ia merusak hubungan dengan manusia lain, tapi juga karena ia membuat seseorang menutup diri dari kebenaran.

Bayangkan seseorang yang merasa dirinya paling pintar. Setiap kali diberi masukan, ia menolaknya. Setiap kali diperingatkan, ia merasa tidak perlu. Sampai akhirnya, ia benar-benar jatuh dalam kesalahan yang besar karena menolak belajar dari orang lain.

Kesombongan membuat Anda merasa cukup, padahal sebenarnya kosong. Membuat Anda merasa tinggi, padahal hakikatnya rapuh. Dalam banyak cerita kehidupan, orang yang jatuh karena sombong sering kali bukan karena diserang orang lain, tapi karena kakinya sendiri terpeleset oleh kesombongannya.

Kalau direnungkan, hikmahnya jelas. Kesombongan itu bukan cuma merugikan orang lain, tapi juga menghancurkan diri sendiri.

Arogansi di Dunia Kerja: Bumerang yang Mematikan

Mari kita lihat situasi nyata di dunia profesional. Pernahkah Anda bertemu seorang manajer yang selalu merasa paling benar? Setiap ide dari tim ditolak, setiap kritik dianggap ancaman. Ia cuma mau mendengar suaranya sendiri.

Mungkin awalnya orang-orang masih segan, masih ikut-ikut saja. Tapi lama-kelamaan, tim menjadi lelah. Kreativitas mati, semangat kerja turun, bahkan muncul keinginan untuk keluar dari tim tersebut.

Ketika akhirnya perusahaan melakukan evaluasi, hasil tim itu justru jeblok. Si manajer mungkin kaget, padahal selama ini merasa dirinya hebat. Tapi yang ia tidak sadar, arogansinya telah mematikan semangat orang-orang di sekitarnya.

Ini pelajaran yang keras. Dalam organisasi, kesombongan bukan cuma menghancurkan karier seseorang, tapi juga bisa merusak seluruh tim.

Flexing di Media Sosial: Antara Hiburan dan Racun

Media sosial memberi ruang baru untuk menunjukkan diri. Tidak ada yang salah dengan berbagi kebahagiaan. Misalnya, mengunggah foto kelulusan anak atau perjalanan wisata keluarga. Itu wajar.

Tapi masalahnya, garis antara berbagi kebahagiaan dan flexing itu tipis sekali. Kadang, tanpa sadar, seseorang memberi kesan seolah hidupnya sempurna, seolah semua orang lain harus iri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun