Di level ini pun, menantang anggota atau bawahan jarang berakhir baik. Karyawan bisa resign massal, anggota bisa membentuk kelompok tandingan, atau reputasi bisa hancur.
Refleksi untuk Pemimpin dan Rakyat
Bagi pemimpin:
- Ingat kalau jabatan adalah titipan, bukan hak milik.
- Pelihara keberanian untuk mendengar kabar buruk.
- Kelilingi diri Anda dengan orang yang berani berkata "tidak".
Bagi rakyat:
- Gunakan hak bersuara dengan santun tapi tegas.
- Ingat kalau pemimpin juga manusia, dan tekanan publik yang konstruktif bisa menjadi pengingat.
- Jangan terbawa arus propaganda yang menormalisasi arogansi.
Menghindari Jalan yang Sama
Sejarah mengajarkan kalau kekuasaan tanpa kerendahan hati akan berakhir dengan keruntuhan. Tantangan terhadap rakyat bukan tanda kekuatan, tapi tanda kalau pemimpin mulai kehilangan pijakan.
Dalam Islam, kita diajarkan untuk mendoakan pemimpin agar diberi hidayah dan kelapangan hati untuk berlaku adil. Karena kalau pemimpin jatuh ke dalam arogansi, dampaknya bukan cuma untuk dirinya, tapi untuk seluruh rakyat yang dipimpinnya.
Akhirnya, pertanyaannya kembali kepada kita semua:
Kalau suatu hari Anda berada di posisi pemimpin, apakah Anda siap menjaga hati agar tidak mabuk kekuasaan?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI