Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Let's talk about life.

IG: cakesbyzas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Harga Diri Kita Diukur dari Tas Branded

15 Mei 2025   11:29 Diperbarui: 15 Mei 2025   13:53 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda merasa tidak cukup saat berada di tengah orang-orang yang tampil glamor? Mungkin Anda hadir dalam sebuah acara keluarga, reuni sekolah, atau sekadar nongkrong di kafe hits, lalu Anda menyadari kalau orang-orang di sekitar Anda menggunakan barang-barang bermerek, tampil rapi dari ujung kepala sampai ujung kaki, dan tampaknya begitu percaya diri. Sementara Anda, dengan pakaian sederhana dan sepatu yang sudah bertahun-tahun dipakai, mendadak merasa tidak percaya diri. Bahkan mungkin Anda mulai mempertanyakan: apakah saya harus membeli barang-barang seperti mereka supaya bisa dihargai?

Fenomena seperti ini tidak cuma terjadi satu-dua kali. Di era digital, khususnya media sosial, kita dibombardir dengan konten yang menunjukkan gaya hidup mewah. Influencer dan selebritas dengan mudah memamerkan tas branded, liburan ke luar negeri, dan barang-barang mahal lainnya. Bahkan orang biasa pun kini berlomba-lomba membuat konten unboxing barang mewah, sekadar untuk menunjukkan kalau mereka "mampu". Dunia seakan berubah menjadi panggung besar, di mana penampilan luar menjadi segalanya.

Tapi, sebagai seorang Muslim, kita perlu kembali bertanya: apakah ini benar cara kita memandang diri sendiri? Apakah nilai seorang manusia benar-benar ditentukan dari merek yang ia pakai? Apakah harga diri kita harus dibeli dengan dompet yang tipis dan cicilan yang menumpuk? Atau justru Islam mengajarkan sesuatu yang jauh lebih membebaskan?

Islam Tidak Melarang Kemewahan, Tapi Mengatur Niat

Pertama-tama, penting untuk kita pahami kalau Islam bukan agama yang anti terhadap keindahan dan kemewahan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan." (HR. Muslim). Ini artinya, mengenakan pakaian bagus, menggunakan barang berkualitas, dan tampil rapi adalah sesuatu yang tidak dilarang, bahkan bisa menjadi bentuk syukur dan penghargaan terhadap nikmat Allah.

Tapi, persoalannya terletak pada niat dan tujuan. Kalau Anda memakai sesuatu yang indah semata karena ingin tampil rapi, menghargai diri sendiri, dan bersyukur atas rezeki dari Allah, maka hal tersebut baik dan terpuji. Tapi kalau niatnya berubah menjadi ingin dipuji, merasa lebih tinggi dari orang lain, atau bahkan untuk menutupi kekurangan harga diri, maka itu sudah keluar dari ajaran Islam.

Islam sangat menekankan keikhlasan dalam setiap perbuatan. Niat menjadi fondasi dari nilai amal. Maka, kalau barang mewah dipakai untuk pamer, maka nilai spiritualnya bisa menjadi sia-sia. Lebih parah lagi kalau menyebabkan penyakit hati seperti takabur (sombong) dan ujub (merasa paling hebat).

Harga Diri Sejati Tidak Ditentukan oleh Dunia

Allah SWT sudah menjelaskan dalam Al-Qur'an kalau standar kemuliaan seorang manusia tidak diukur dari harta, penampilan, atau status sosial. Allah berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 13:

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa."

Ini adalah standar yang sangat jelas dan tidak berubah oleh zaman. Allah tidak menyebut orang yang paling kaya, paling terkenal, atau paling modis. Allah menyebut orang yang paling bertakwa. Artinya, nilai seseorang di hadapan Allah tidak ditentukan oleh apa yang ia punya secara lahiriah, tapi oleh ketulusan, ketaatan, dan kedekatannya kepada-Nya.

Ketika Anda memahami ayat ini secara mendalam, Anda akan merasakan kelegaan luar biasa. Anda tidak perlu membuktikan apapun kepada manusia. Anda tidak perlu memakai topeng atau berusaha tampil di luar kemampuan demi diterima oleh lingkungan. Karena yang terpenting bukan bagaimana Anda terlihat di mata manusia, tapi bagaimana Anda dikenal oleh Allah.

Martabat Manusia Tidak Terletak pada Barang yang Dipakai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun