Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Let's talk about life.

IG: cakesbyzas

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Saat Anak Harus Dipukul atau Dimarahi dengan Nada Tinggi

12 Mei 2025   11:05 Diperbarui: 11 Mei 2025   19:00 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memarahi anak boleh saja kalau memang diperlukan dan sewajarnya (foto: Freepik)

Awal yang Membingungkan: Ketika Anak Mulai Melampaui Batas

Pernahkah Anda berada di titik di mana anak Anda melakukan sesuatu yang benar-benar membuat Anda ingin marah? Misalnya, ia menyakiti adiknya, melempar mainan ke arah orang lain, atau berlari ke jalan tanpa melihat kiri-kanan. Jantung Anda berdegup kencang, antara takut, marah, dan bingung harus bertindak seperti apa. Di satu sisi, Anda tahu ia masih kecil, masih belajar. Tapi di sisi lain, Anda juga tahu kalau kalau tidak bertindak tegas sekarang, ia akan belajar kalau tidak ada konsekuensi dari perbuatannya.

Situasi seperti ini sangat umum terjadi, terutama bagi orangtua dengan anak usia balita. Anak-anak sedang dalam masa eksplorasi, belum sepenuhnya paham konsep bahaya, dan sangat aktif dalam menguji batas. Tapi justru di titik inilah ujian terbesar sebagai orangtua muncul: bagaimana Anda bisa menjadi sosok yang tetap tegas tapi penuh cinta? Bagaimana Anda bisa menunjukkan kalau Anda adalah pemimpin yang dihormati, bukan ditakuti?

Antara Didikan Dulu dan Sekarang: Mana yang Lebih Islami?

Banyak dari kita tumbuh dalam keluarga yang menggunakan pola asuh "jadul"---tegas, keras, bahkan tidak jarang disertai hukuman fisik seperti cubitan atau pukulan ringan. Kita tumbuh dengan keyakinan kalau itulah cara mendidik anak supaya disiplin dan hormat pada orangtua. Dan banyak dari kita merasa, "Kami baik-baik saja kok sekarang."

Tapi, apakah itu berarti pendekatan tersebut ideal? Apakah itu sesuai dengan nilai-nilai Islam? Islam tidak pernah menganjurkan kekerasan dalam mendidik anak. Bahkan, Rasulullah SAW---yang menjadi teladan utama dalam Islam---tidak pernah memukul anak-anak, istrinya, atau pembantunya sekalipun. Beliau mendidik dengan kasih sayang, keteladanan, dan kelembutan hati yang luar biasa, bahkan dalam kondisi paling menantang sekalipun.

Jadi, ketika kita berkata, "Sekali-sekali boleh dong, namanya juga mendidik," kita perlu bertanya kembali: apakah ini mencerminkan rahmah (kasih sayang) dalam Islam? Ataukah ini cuma cerminan dari amarah dan ketidaksabaran kita sebagai orangtua?

Disiplin dalam Islam: Bukan Kekerasan, Tapi Ketegasan dengan Cinta

Islam tidak mengajarkan untuk membiarkan anak berbuat seenaknya. Justru Islam sangat mendorong orangtua untuk menjadi qawwam, pemimpin dan pelindung keluarga yang tegas dalam mendidik. Tapi ketegasan dalam Islam bukan berarti kekerasan. Ketegasan adalah konsistensi. Ketegasan adalah kemampuan untuk mengatakan "tidak" dengan tenang. Ketegasan adalah keberanian untuk memberikan konsekuensi yang adil tanpa membentak atau memukul.

Rasulullah SAW bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." Anak-anak kita adalah amanah. Maka mendidik mereka dengan tegas itu wajib, tapi cara menanamkan nilai-nilainya harus mencerminkan cinta dan hikmah.

Bayangkan kalau Anda bisa berkata kepada anak, "Ayah marah karena kamu dorong adik. Itu berbahaya. Tapi Ayah tetap sayang kamu. Kamu harus belajar mengontrol tanganmu." Kalimat seperti ini jauh lebih kuat efeknya dibanding cubitan atau bentakan. Anak belajar kalau ada batasan, tapi ia juga belajar kalau cinta orangtuanya tidak hilang cuma karena ia melakukan kesalahan.

Apakah Boleh Sesekali Marah atau Mencubit?

Ini pertanyaan yang sangat sering ditanyakan para orangtua. Dan jawabannya? Dalam situasi darurat, sesekali tindakan tegas fisik yang ringan bisa dibenarkan, dengan syarat tertentu. Misalnya, saat anak akan menyentuh api atau lari ke jalan, cubitan kecil atau tarikan tangan yang kuat bisa jadi penyelamat nyawanya. Tapi ini bukan bentuk hukuman, ini bentuk pencegahan.

Masalahnya bukan di tindakan sesekali, tapi di pola. Kalau cubitan, bentakan, atau pukulan ringan menjadi respons utama setiap kali anak melakukan kesalahan, maka yang terbentuk bukan anak yang disiplin---tapi anak yang takut, atau lebih buruk, anak yang tidak peduli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun