Mohon tunggu...
Dicki Novandi
Dicki Novandi Mohon Tunggu... Programmer - Hanya Sekedar Mengungkap Keresahan

Bukan Siapa-Siapa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ketika Hiburan Langka dan Terkesan Mahal

25 Agustus 2015   12:35 Diperbarui: 25 Agustus 2015   12:49 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Cerita ini bermula saat saya baru saja bekerja selama satu minggu diperkebunan didaerah Kalimantan Barat, perkebunan tempat saya bekerja berada dekat dengan perbatasan antara Kalimantan Barat dengan Kalimantan Tengah, untuk menuju ke ibukota Kabupaten Ketapang memakan waktu sekitar 5-6 jam, sementara untuk menuju kabupaten lamandau atau Kota Nangabulik membutuhkan waktu dua jam, degan perjalanan yang melintasi perkebunan kelapa sawit degan jalan tanah yang membukit.

Untuk sarana komunikasi dengan teman-teman saya yang mayoritas berada di Sumatera Utara saya lebih banyak menggunakan BBM, kebetulan diperkebunan tempat saya bekerja sinyal rada-rada susah hanya dibeberapa lokasi saja yang bisa mendapatkan sinya, itupun hanya satu hingga dua bar saja, karena kebetulan saya bekerja lebih banyak di kantor prekebunan yang memiliki fasilitas wifi bisa cukup membantu, mulai dari pukul 12 siang hingga pukul enam pagi fasilitas wifi dapat digunakan sekedar untuk BBM dan browsing dengan menggunakan ponsel, namun dengan menggunakan laptop tidak semua orang bisa menggunakan wifi dengan bebas, hanya Grup Manager saja yang bisa menggunakan fasilitas wifi untuk browser.

Buat saya yang kecanduan internet yang rata-rata menggunakan internet 5-6 jam sehari hal ini pastinya sangatlah tidak mengenakkan, karena disini saya tidak bisa bebas berselancar dan melakukan banyak hal dengan internet.

Selain terbatasnya jaringan komunikasi baik sinyal mapun internet, minimnya hiburan juga sangat terasa bagi saya, jika biasanya setiap malam saya bisa nongkrong bareng teman-teman untuk sekedar ngobrol atau diskusi namun ditempat ini hal itu sulit saya temui.

Sepertinya hal ini tidak hanya terjadi pada saya namun begitu juga dngan karyawan-kariawan lain baik itu yang kerja dikantor maupun dilapangan seperti buruh dan pekerja kasar lainnya. Jauh dari kota membuat masyarakat dan kariawan disini haus akan huburan, jika ada yang menggela hajatan yang menyediakan huburan berupa organ tunggal dengan penyanyi wanita, disitilah hiburan yang sangat ditungguh-tungu oleh merka, saat itu baik kariawan kebun mapun masyarakat disekitar kebun akan menyerbu lokasi diadakannya acara, ratusan orang datang untik sekedar mlihat hiburan maupun ikut bergoyang, bak seorang artis ibu kota para penontonpun berlomba untuk bisa bersalaman dengan penyanyi wanita yang bernyanyi diatas panggung. Yang lebih parahnya lagi merekapun relah mengeluarkan uang ratusan ribu untuk membrikan sawera kepada penyanyi. biasanya para penikmat dangdutan tak jarang terlibat prkelahian dengan sesama penonton bisa karena saling sengngol atau pun karena berebut naik keatas panggung, para penonton yang didominsi oleh laki-laki ini mudah terpancing emosi karena rata-rata dari mereka telah meneggak minuman keras sebelum ikut bergoyang.

Dua munggu saya bekerja disalah satu perusahaan perkebunan sebagai Mandor GIS ( Geografi Informasi Sistem) sebuah pekerjaan yang baru bagi saya, yang sarjana pendidikan dan setelah tamat kuliah lebih banyak bekerja sebagai jurnalis. Dua minggu saya berada perkebunan teman-teman satu kantor mengajak saya untuk ikut melihat hajatan yang menyediakan acara musik, dengan mengendaraian mobil lokasi acara yang brada diseberang sungai yang tidak bisa dilintasi mobil karena tidak adanya jembatan penyebrangan dan untuk menyebrang biasanya orang-orang disekitar mengandalkan sampan penyebrangan atau biasa warga sekitar lebih mengenalnya dengan nama klotok, berniat ingin menyebrang dengan menggunakan sampan ,penyebrangan dan memarkirkan mobil disamping sungai, setengah jam memanggil oprator sampan penyebrangan namun tak kungjung ada yang muncul sementara itu sampan yang bisa digunakan untuk menyebrang senua berada disebrang sungai.

Merasa tanggung karena sudah dekat tempat acara dan kebetulan juga sungai tidak terlalu dalam, dengan bermodal bambu sebagai penunjuk kedalaman sungai kami saya dan ketiga teman menyembangi sungai yang kedalamannya sekitar sepahak orang dewasa, dengan tidak mau mengambil resiko akan basah celana yang kamu gunakan kami pun membuka celana kami dan mulai menyebrangi sungai                                                                     dengan bambu sebagai penunjuk kedalaman sungai yang dipegang teman saya yang paling depan, berungtung sungai sedikit agak gelap sehingga tidak ada orang yang melihat aksi kami menyebrangi sungai tanpa menggunakan celana. Ini pengalaman pertama buat saya, jika sumatera utara hiburan seperti ini dianggap biasa dan tidak ada yang spesial bahkan terkesan sepi penonton namun disini tidak, hiburan merupakan salah satu hal yang paling ditunggu-tunggu bagi karyawan maupun masyarakat sekitar.

Benar benar bak penyanyi ibu kota yang sering muncul di TV masyarakat di sekitar Kalimantan ini pun menyebut mereka dengan sebutan Artis, jika tempat asal saya penyanyi organ tunggal seperti ini biasanya disebut biduan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun