Mohon tunggu...
WARDY KEDY
WARDY KEDY Mohon Tunggu... Relawan - Alumnus Magister Psikologi UGM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

SAYA adalah apa yang saya TULIS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kalian Belajar "Online", Kami "Oh Lain"

15 Juli 2020   22:10 Diperbarui: 16 Juli 2020   20:19 1692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pendidikan di sekolah. (sumber: KOMPAS/DIDIE SW)

Ketiga, adalah persoalan biaya pendidikan. Bagi masyarakat yang status ekonominya kelas menengah ke atas, tentu aspek biaya pendidikan bukan menjadi persoalan urgen. 

Namun, bagi guru dan siswa yang berada dalam status ekonomi menengah ke bawah jelas akan terasa hambatan dan kesulitan. Banyak guru dan siswa yang hidup dengan keterbatasan sehingga membeli paketan atau kuota internet adalah beban tersendiri bagi mereka.

Hemat saya, kebijakan study from home di masa new normal pada dasarnya tidak efektif. Pembelajaran seolah tidak terbangun dan yang terjadi setiap guru hanya memberikan siswa tugas, lalu guru menilai hasilnya. 

Secara psikologis, hal ini membuat siswa tidak begitu nyaman dan merasa terbebani oleh tugas yang menumpuk dari para guru di setiap mata pelajaran.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sebanyak 76.7% siswa tidak senang dengan pembelajaran daring. Mereka beralasan bahwa tugas yang diberikan guru terlalu berat jika dibandingkan pembelajaran luar jaringan (luring) (Alinea.id 27/04/2020). Hal senada juga dialami dalam pembelajaran antara mahasiswa dan dosen. 

Berdasarkan survei terhadap mahasiswa, 88,5 % mahasiswa merasa bosan dengan kebijakan study from home (kumparan.com 18/04/2020). Mahasiswa beralasan jika melalui kebijakan study from home maka mereka tidak bisa berinteraksi atau berdiskusi dengan teman dan tidak aktif berorganisasi secara langsung. 

Data tersebut mengonfirmasi bahwa kebijakan pembelajaran online tidak begitu efektif bagi keberlangsungan proses kegiatan belajar mengajar yang sudah terbangun sejak dahulu.

Gerakan belajar dari rumah telah membuat siswa menjadi tidak nyaman. Hal tersebut akan berdampak kepada kualitas pendidikan di masa mendatang. Dalam kondisi pandemi yang belum surut ini, situasi pendidikan dipertaruhkan. 

Di samping pemerintah memutus harus mata rantai penularan Covid-19, di saat yang sama pula pemerintah memiliki beban berat yakni menciptakan kualitas sumber daya manusia unggul demi menyongsong Indonesia emas tahun 2045 dengan model pendidikan yang tepat. 

Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh pemerintah untuk tetap melangkah mewujudkan pendidikan berkualitas di tengah pandemi ini. Oleh karena itu evaluasi terhadap proses pendidikan belajar mengajar dalam pusaran pandemi ini menjadi penting agar mewabahnya virus ini tidak menghambat proses pendidikan yang ada.

Dari hasil cerita dengan beberapa siswa (SD,SMP & SMA) di kota saya, saya menemukan bahwa mereka masih lebih suka belajar offline (belajar di sekolah). ruang kelas bagi mereka lebih menyenangkan ketimbang ruang kamar di rumah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun