Mohon tunggu...
WARDY KEDY
WARDY KEDY Mohon Tunggu... Relawan - Alumnus Magister Psikologi UGM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

SAYA adalah apa yang saya TULIS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harapan Fitri Seorang Non-Muslim

24 Mei 2020   08:30 Diperbarui: 24 Mei 2020   09:02 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Facebook.com

Assalamualaikum, wr wb.

Al awal, saya mengucapkan selamat Idul Fitri bagi semua yang merayakannya.

Tepat di hari ini juga, (24 Mei 2020), Saya merayakan hari Minggu Paskah VII & Minggu Komunikasi Sedunia ke 54 - Maka, saya coba berbagi cerita tentang keberadaan saya.

Salam kenal, saya adalah seorang Katolik, yang berdomisili di Kota Soe, Kabupaten TTS, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Semua tentu tahu bahwa Provinsi NTT, termasuk salah satu Provinsi dengan indeks kota toleran terbaik. Ada banyak survei dan metode pengumpulan data yang sudah dilakukan berbagai lembaga survei untuk mengukur indeks kerukunan antar umat beragama, termasuk dari Kementrian Agama (Kemenag).

Adalah suatu kebanggan bagi kami di NTT karena ternyata, hidup berdampingan dalam keragaman agama, bukanlah hal buruk yang patut dikecami, melainkan justru itulah kekayaan yang kami gunakan sebagai modal dalam bekerja sama dan saling membantu.

Di persimpangan jalan menuju rumah saya, terdapat beberapa warung (kios) milik orang suku bugis muslim yang sudah tinggal sangat lama. Mereka hidup berdampingan bersama kami, dan kehadiran mereka sangat membantu kami masyarakat kecil. Melalui kehadiran kios mereka, minimal langkah kami sudah diperpendek untuk sekadar berbelanja memenuhi kebutuhan hidup harian.

Sebagai tetangga, kami sangat terbantu, sebab kalau hanya membeli sebungkus masako/ajinomoto dan sebatang rokok atau sebungkus kopi tugu buaya, kami tidak perlu jauh-jauh mencarinya. Selain itu, ketika ada hajatan/acara, baik itu acara keagamaan, maupun acara profan, kami selalu bekerja sama, mengundang dan diundang, dan saling membantu sebisanya.

Hal unik lain yang ada di daerah kami adalah jumlah pasangan suami-istri yang berbeda agama pun terbilang cukup banyak. Kehidupan mereka baik-baik saja. Kendati kadang terdapat cekcok dalam hidup berrumah tangga, tetapi justru dari cekcok itu mereka menjadi lebih cocok. Aneh bin ajaib memang. Tapi itulah fakta.

Saya kira hal-hal kecil inilah yang musti menjadi teladan bagi kita dalam memaknai Idul Fitri. Memang ditengah pandemi ini, kita tidak bisa berbuat banyak, selain mengikuti protokol kesehatan. Akan tetapi, semangat gotong royong, saling menghargai dan menghormati sesama saudara di sekitar, adalah hal urgen yang tidak boleh dikesampingkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun