Di bulan Ramadan, umat Muslim di seluruh dunia berpuasa dari subuh hingga magrib, dan berbuka puasa dengan makanan yang disebut iftar. Salah satu sorotan iftar adalah konsumsi takjil, minuman dan camilan manis yang menyegarkan, bertujuan untuk merevitalisasi tubuh setelah sehari berpuasa. Secara tradisional, takjil dibuat dan dinikmati oleh umat Muslim, namun dalam beberapa tahun terakhir, tren baru telah muncul non-Muslim ikut serta dalam demam takjil.
Non-Muslim semakin tertarik dengan tradisi Ramadan, termasuk menikmati takjil saat iftar. Tren ini bukan hanya tanda apresiasi budaya dan inklusivitas, tetapi juga menyoroti daya tarik lezat dari camilan manis ini. Dari jus yang menyegarkan hingga dessert yang lezat, takjil menawarkan berbagai pilihan untuk dinikmati semua orang.
Salah satu alasan non-Muslim berlomba-lomba membeli takjil adalah meningkatnya popularitas Ramadan dalam budaya mainstream. Seiring semakin banyak orang yang menyadari pentingnya bulan suci ini, mereka bersemangat untuk berpartisipasi dalam tradisinya, termasuk menikmati takjil yang lezat. Selain itu, kebangkitan media sosial telah memainkan peran besar dalam memamerkan keindahan dan keragaman tradisi Ramadan, menjadikan takjil sebagai topik yang tren di kalangan pecinta kuliner di mana-mana.
Lebih lanjut, tindakan berbagi takjil dengan teman dan orang terkasih menumbuhkan rasa komunitas dan kesatuan, melampaui batas agama dan budaya. Non-Muslim memanfaatkan kesempatan ini untuk terhubung dengan teman dan rekan kerja Muslim mereka, menunjukkan rasa hormat dan solidaritas selama waktu spesial tahun ini.
Jadi, apakah Anda Muslim atau non-Muslim, pertimbangkan untuk ikut serta dalam demam takjil Ramadan ini. Nikmati rasa manis dan menyegarkan dari camilan tradisional ini, dan biarkan semangat persatuan dan kebersamaan membawa kita semua lebih dekat lagi.Â
