Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Derita Peranakan Tiongkok Sebagai "Minoritas Perantara"

6 Februari 2017   22:55 Diperbarui: 14 Agustus 2017   10:10 2148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perempuan mana yang tak kenal dan menggilai sosok Rio Harianto, pria ini menjadi perbincangan lewat penampilannya di ajang balapan F1 bersama Manor Racing serta paras rupawan. Sehingga menasbihkannya sebagai salah satu Raja bagi kaum hawa.

Masih seputar olahraga, mari arahkan pandangan kita ke cabang bulu tangkis, sebuah olahraga yang selalu mengharumkan nama Indonesia berkat torehan prestasi para atletnya. Tak terhitung gelontoran gelar bergengsi mendarat di pelukan Ibu pertiwi berkat beberapa sosok semisal Rudy Hartono, Liem Swie King, Susi Susanti, atau Alan Budikusuma.

Nama-nama yang telah terpampang diatas mampu mengibarkan Sang Saka Merah Putih di hadapan Internasional. Mereka adalah contoh anak-anak peranakan Tiongkok-Indonesia yang berhasil mengharumkan nama bangsa.

Semua cerita indah itu kini sirna berkat kasus yang menimpa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kala ia dikatakan menista agama. Seperti kata pepatah, “karena nila setitik rusak susu sebelanga” persoalan ini menjadi bola salju terus bergulir dan memasuki daerah SARA.

Semua golongan Ahok – mereka yang beretnis sama atau memiliki ciri fisik serupa – dikatakan kafir serta umpatan-umpatan lain yang membuat panas telinga seperti kutil babi. Kini prasangka buruk terhadap peranakan Tiogkok semakin nyata terlihat. Para pembencinya blak-blakan mengutarakan kebenciannya terhadap etnik ini, karena sebelum kasusu ini geger sebagian masyarakat membenci tingkah laku anak keturunan etnik Tionghoa karena masalah ekonomi.

Ekonomi memang masalah serius dalam hubungan sosial di masyarakat, kecemburuan sosial serta tindak kriminal sering dilatar belakangi masalahtersebut. banyak dari perusahaan-perusahaan di Indonesia dimiliki oleh peranakan Tionghoa sehingga menghasilkan kecemburuan sosial di masyarkat. 

Sifat etnis ini yang tidak bisa berbasa basi, fokus dalam satu kerjaan, dan diimbangi kemampuan managerial mempuni menjadi kunci bagaimana mereka mampu bersaing memperebutkan pos-pos strategis di dunia kerja ditengah meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat pribumi. Melihat fenomena tersebut, karyawan yang mayoritasnya pribumi merasa “terjajah” oleh para pendatang ini. Lalu kasus Ahok menjadi lonceng tepat untuk menumpahkan segala kebencian tersebut dibarengi detik-detik riuhnya Pemilu, persoalan ini menjadi paket komplit seyara martabak dengan dua telur bebek.

http://ngetrennow.com/
http://ngetrennow.com/
Kehadiran peranakan Tiongkok di sebuah perusahaan atau merekalah pemilik perusahaan itu menjadi satu berkah sekaligus musibah. Musibah karena masyarakat merasa “terjajah”, berkah akibat merekalah yang mendulang pemasukan bagi pemerintah.

Seperti salah satu judul lagu Band Geisha Cinta dan Benci, itulah situasi yang melanda keturunan Tiongkok di Indoensia. Dalam ilmu sosial, kelompok seperti ini biasa disebut “minoritas perantara (middleman minority)” yang pertama kali dipopulerkan oleh sosiolog AS, Howard P. Backer tahun 1940.

Ditengah masyarakat multietnis, ada kelompok dengan status perantara antara kelompok dominan dan subordinat. Kelompok perantara tersebut melakukan tugas yang bersinggungan pada ranah ekonomis dan dianggap kurang bermartabat bagi kelompok elit. Sehubungan dengan posisi ekonominya, kelompok minoritas perantara rentang terhadap permusuhan dari luar kelompoknya dan tak jarang mereka menjadi kambing hitam. Demi mendapat rasa aman, kelompok ini akan meminta perlindungan kepada kelompok dominan.

Sebelum eranya fatwa MUI menjadi yang paling penting dan patut dibela, Pangeran Diponegoro ialah seorang pionir “kriminalisasi” bagi mereka yang berkulit kuning langsat. Bahkan dalam Babad Diponegoro orang Tiongkok adalah target dari perang suci.

Saya yang akan mempertahankan [mereka] dalam perang
[dan] para ulama [akan memberi] semangat sebagai pendeta
Untuk membinasakan Belanda dan Cina
Yang tinggal di tanah Jawa
Apabila mereka tidak menganut agama
Paduka Nabi Sinelir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun