Mohon tunggu...
Diaz Ayu Rengganis
Diaz Ayu Rengganis Mohon Tunggu... Mahasiswa - yayazzzz

cita-cita menjadi author au

Selanjutnya

Tutup

Diary

Side Story: My First, Ayah!

9 Maret 2022   10:51 Diperbarui: 9 Maret 2022   10:56 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak salah jika banyak orang mengatakan seorang Ayah adalah cinta pertama anak perempuannya. Bagiku, sosok ayah juga merupakan cinta pertama dalam hidupku. Ayah menjadi sosok paling istimewa dan berpengaruh besar dalam hidupku. Ayah adalah lelaki pertama yang memberikan rasa cinta dan kasih sayang terhadap putrinya. Ayah adalah orang pertama yang mengulurkan tangannya untuk membantu anak-anaknya. Akan selalu ada bahu tegap untuk kita bersandar. Akan selalu ada tangannya yang terulur menarik diri ini dari kesedihan. Melalui bahasa tubuh yang sederhana adalah cara beliau menyatakan rasa dan kasihnya kepada anak-anak tersayangnya.

Ayah mengajarkan kita tentang banyak hal. Darinya kita bisa belajar menjadi pribadi yang kuat dan tahan banting. Dari caranya bekerja keras demi keluarga, kita belajar tentang cinta dan motivasinya membahagiakan orang-orang yang ia sayangi. Seorang ayah tidak pernah meminta balasan untuk setiap pengorbanannya untuk membahagiakan orang-orang yang ia sayangi. Ayah memberikan cinta dan kasih yang tulus tanpa syarat. Ayah juga adalah orang pertama yang mengajari kita akan nilai-nilai kehidupan. Tentang kerikil dan duri kehidupan. Tentang suka dan duka kita dalam menjalani hidup.

Bapak, begitu aku memanggilnya di keseharian. Nama lengkapnya Supadi, tapi kerap disapa Djadul juga oleh beberapa kerabat dekat. Beliau lahir di Pacitan kota 1001 gua, pada tanggal 04 April 1974. Beliau adalah anak pertama dari dua bersaudara. Beliau mempunyai seorang adik perempuan. Bapak lahir dari pasangan Sumarsih dan Sukiran, kakek dan nenekku tentunya. Bapak menimba ilmu di SD yang sama dari tempat sekolahku dan Ibu, di SDN Penggung III. Lalu melanjutkan ke SMP Negeri 1 Nawangan. Setelah lulus dari sekolah menengah pertama, bapak tidak melanjutkan sekolahnya. Artinya Bapak hanyalah seorang lulusan SMP saja dikarenakan perekonomian orang tua yang kala itu tidak memungkinkan beliau bersekolah hingga tingkat tinggi.

Sedari kecil bapak diasuh oleh kakek dan nenek di Suren, daerah di Desa Sengon. Letaknya dekat dengan perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Barulah ketika bapak menginjak usia sekolah, keluarga bapak pindah ke Penggung, tepatnya Dusun Siki ini. Rumah bapak dulu dan rumah tempat tinggalku sekarang tidak jauh, bahkan hanya berbeda Rt saja. Aku tinggal di Rt.02 dan bapak dulu tinggal bersama kakek, nenek, dan bulik di Rt.01. Bapak dan Ibu menikah pada tahun 1998. Dan setelah lima tahun usia pernikahan mereka, aku lahir ke dunia. Cielah.

Tahun ini usianya akan menginjak 48 tahun. Tapi ubannya lebih sedikit dari punya Ibu. Hehe. Badannya tegap, perawakannya menurun kepadaku. Tidak hanya perawakannya saja, tapi beberapa sifat bapak yang sangat mirip denganku. Dari segi perawakan. Bapak mempunyai kaki yang besar dan panjang, bahkan ukuran telapak kaki kami hampir sama. Bapak suka sekali pisang dan makanan asin. Sama sepertiku, sebenarnya kami bukan pemilah makanan, dengan syarat makanan tersebut haruslah berasa asinnya. Dalam artian kami berdua tidak menyukai makanan dengan cita rasa hambar. Bapak adalah penggemar pisang, setiap pergi ke tempat nenek yang dicari pertama adalah pisang. Bedanya adalah bapak menyukai segala jenis pisang, sedangkan aku hanya menyukai beberapa jenis saja, seperti pisang Ambon.

Dan satu lagi, bapak adalah pecinta kopi kelas berat. Beliau sanagat menyukai minuman dari biji kopi berwana hitam pekat itu. Beliau bisa saja minum kopi lebih dari tiga kali dalam sehari. Biasanya kopi akan menjadi temannya menyesap rokok sembari melihat kajian Ustadz Anwar Zaid di youtube.

Dulunya pekerjaan bapak bermacam-macam alias serabutan. Dulu beliau sempat bekerja sebagai BPD (Badan Permusyawaratan Desa). Bapak dari dulu sudah biasa bekerja dengan berjalan. Maksudnya adalah bekerja sembari bepergian. Bahkan sampai sekarang pun bapak suka bepergian. Kalau kata ibu, bapak itu seneng mblayang. Namun bukan berarti itu tidak bermanfaat ya, biasanya bapak pergi untuk mencari atau mencarikan orang sepeda motor. Istilah mudahnya adalah calo jual beli motor. Tetapi pekerjaan ini juga hanya berlaku untuk kerabat dan teman-teman dekat bapak saja. Misal ada teman yang ingin dicarikan sepeda motor barulah bapak akan mencarikannya. Nah jika transaksi jual beli berhasil, bapak akan dapat imbalan. Tidak banyak, tapi patut disyukuri bukan? Karena rezeki sudah ada jalannya sendiri dan ada yang mengatur.

Bapak dulu juga suka mengoleksi burung. Seingatku dulu ada sekitar 4/5 jenis burung yang dipelihara bapak. Dan yang terakhir dipelihara bapak adalah Burung Podang, warnanya kuning nyentrik. Burung itu akhirnya terjual dan sejak saat itu bapak tidak lagi memelihara burung.

Pekerjaan bapak sekarang adalah seorang buruh bangunan yang merantau ke luar kota. Saat ini bapak sedang bekerja di Kota Surabaya. Sebelum mulai merantau, dulunya bapak biasa bekerja dari rumah. Membantu tetangga atau kerabat yang meminta tenaga bapak untuk menjadi tukang dalam pembuatan sebuah rumah. Selain buruh, jika sedang di rumah bapak adalah seorang petani juga. Biasa mencari rumput untuk pakan ternak sapi dan kambing. Bapak juga seorang petani cabai dulunya, hari-harinya kerap dihabiskan di ladang mengurus tanaman cabai. Namun itu tidak berlangsung lama karena harga pasar cabai yang cenderung tidak stabil. Lahan yang dulunya ditanami cabai pun kini sudah menjadi lahan persawahan dan tempat menanam janggelan. Belakangan ini bapak menamam jahe, cabai, buncis dan kapri di ladang.

Sebelum pada akhirnya ibu yang mengurusnya karena bapak harus berangkat bekerja ke Surabaya. Tidak hanya di Surabaya, bapak pernah merantau juga ke Jakarta, Bandung, Gresik, dan kota lainnya. Kata bapak, selagi tempatnya cocok dan keuangannya lancar akan beliau terima pekerjaan itu. Beberapa waktu lalu beliau buruh ke Gresik, baru bekerja dua minggu bapak sudah pulang karena lokasi proyeknya jauh dari warung dan jika ingin mandi harus berjalan jauh. Akhirnya karena tidak betah, bapak pulang dan pindah ke Surabaya. Di Surabaya ini bapak dan beberapa rekan buruh bekerja di sebuah masjid untuk membuat pagar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun