Mohon tunggu...
Dias Ashari
Dias Ashari Mohon Tunggu... Penulis - Wanita yang bermimpi GILA, itu akuuu..

Mantan Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

(Novel) Racikan Tinta Calon Apoteker - Episode 2

30 Oktober 2020   08:52 Diperbarui: 30 Oktober 2020   09:07 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Setelah pulang dari warnet, aku dan aeni belajar bersama untuk persiapan hari senin ujian akhir semester. Memang tak terasa sebentar lagi kita akan naik ke kelas delapan. Aku nampak sedih akan semakin jauh darinya. Hingga pagi itu dihari senin, aku datang lebih dahulu ke kelas pelaksanaan ujian. Entah kenapa aku ingin mencurahkan isi hatiku lewat tulisan di buku. Dengan menggunakan pulpen aku tuliskan semua perasaan yang tak mampu aku ucapkan kepadanya. Hingga tak terasa air mataku jatuh.

Semakin siang kawanku mulai berdatangan satu persatu. Saat uas kami tidak duduk dengan teman sekelas, melainkan dengan kaka tingkat kami. Hal tersebut untuk mencegah kegiatan tradisi di kalangan pelajar yaitu menyontek. Bagiku saat itu menyontek adalah hal yang tidak aku sukai. Malah terkadang saat ujian aku selalu menjadi musuh kawan-kawanku, karena pelit memberikan jawaban pada mereka. Bagiku saat itu jika aku memberikan jawaban , apa bedanya dengan mereka, aku membantu kejahatan mereka. Mungkin kebanyakan orang memandang bahwa menyontek adalah hal yang lumrah dan bukan hal yang besar. 

Namun bagiku itu adalah masalah yang sangat luar biasa, hal sepele yang akan membentuk pribadi kita di masa yang akan datang. Bukankah korupsi juga dimulai dari perbuatan yang dianggap sepele. Namun bisa kita bayangkan bahwa perbuatan itu sangat merugikan semua kalangan terutama rakyat kecil. Ketika itu aku lebih menghargai diri sendiri saat mendapat nilai kecil. Aku selalu mengapreasi diri bahwa nilai bukan segalanya, karena yang terpenting adalah skill. Ketika mendapat nilai kecil berkat usaha maksimal dari diri sendiri itu lebih membahagiakan menurutku.

Untuk menghilangkan stress sebelum ujian aku bercanda dan bermain lari-larian dengan temanku fitri. Tak sengaja dia mengambil buku tulis dimejaku, yang dibelakangnya sudah tertulis curahan hatiku terhadap diza. Tak hanya itu saat fitri akan melemparkan buku, bagian belakang terbuka dengan jelas dan ada kata " Diza aku menyukaimu dari lubuk hatiku paling dalam", teriak fitri. Sontak seisi kelas menoleh kepadaku, aku yang malu langsung menolehkan badanku ke tembok. Tak lama dari itu terdengar langkah kaki dari belakang dan berkata

" Ica maksud kamu apa, aku gak suka sama tingkah kamu yang berlebihan" kata diza dengan nada marah. Aku tak berani menoleh bahkan menjawab perkataannya. Yang bisa kulakukan hanya menangis dan duduk dibangku karena ujian akan segera dimulai. Agar tidak terlihat oleh guru mataku sembab aku memakai masker. Hari itu diza benar-benar marah dengan ulahku. Saat pulang dia sengaja bilang kepada farhan saat aku lewat di depannya, bahwa dia tidak mau lagi sekelas dengan orang yang sudah mempermalukannya.

Sesuai dengan perkataan diza, doanya terkabul, kini kami tidak satu kelas lagi. Aku berada di kelas c sedangkan dia ada dikelas e. Meskipun kelas kami bersebrangan tapi aku tak pernah melihatnya. Aku paham mungkin dia sangat membenciku. Namun entah aku yang terlalu bodoh atau bagaimana, aku masih tetap selalu mencari kesempatan saat jam istirahat untuk melihat dari jauh ke area kelasnya dan berharap menemukannya.

Terakhir kali aku melihatnya adalah ketika dia mengikuti lomba porak di sekolah kami. Acara ini diadakan setiap selesai ujian tengah semester. Setiap kelas mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti lomba. Lomba yang diadakan cukup bervariasi mulai dari debat, ceramah, menulis karya ilmiah, lomba kaligrafi, cerdas cermat, tahfidz qur'an dan lomba adzan.

Acara ini berlangsung selama tiga hari, kami para siswa sangat antusias saat menonton para finalis menampilkan bakatnya. Namun ada satu hal yang tidak terduga diacara ini, aku melihat diza mengikuti lomba adzan.

" Baik kita panggil, ananda diza untuk naik ke panggung" ujar sang mc

Aku yang sedang mengobrol dengan aeni , seketika tertegun mendengar hal itu. Kuperhatikan sosoknya, sudah lama aku tidak memandangnya. Kudengarkan dengan seksama lantunan suarannya, aku diam sejenak seperti sudah familiar dengan suara tersebut. Lama aku berpikir dimana aku pernah mendengar suaranya. Yah aku ingat dia adalah siswa baru yang melantunkan adzan di masjid saat hari pertama MPLS. Aku menangis sekaligus bahagia ternyata dia adalah orang yang aku cari selama ini.

Setelah kegiatan porak berakhir, aku mendengar bahwa diza akan pindah sekolah ke MTs Babussalam. Aku mendengar kabar tersebut dari salah satu temannya di kelas 8e yaitu iwan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun