Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Joko Pinurbo adalah Ranting Pohon Anggur

28 April 2024   23:05 Diperbarui: 29 April 2024   17:54 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyair Joko Pinurbo difoto di Bentara Budaya Jakarta, 30 Desember 2011. Jokpin selalu menyiapkan bekal puisi yang sesuai tema setiap kali diminta menjadi pembicara. (Foto: KOMPAS/AGUS SUSANTO)

**

Pak Jokpin menjawab ringkas ketika saya (yang bukan siapa-siapa) meminta beliau untuk memberikan endorsement pada buku saya. Beliau membaca cermat, sebelum kemudikan berkenan memberikannya. Tidak rumit. Tidak ribet. Bahkan seperti saya hanya meminta pada seorang teman.

Padahal, siapakah saya ini?

Beliau adalah nama besar yang tidak sekalipun tampak terbebani dengan nama besarnya. Alih-alih  terbebani, beliau malah meletakkan nama besarnya dan berjalan pada proses kreatif puitiknya yang luar biasa dengan begitu ugahari.

Selain "Pisau Berkarat di Samping Cobek Retak", "Sebuah Tanjakan dengan Dua Kelokan (1)", "Sebuah Tanjakan dengan Dua Kelokan (2)", dan "Sepasang Kursi Rotan di Teras Kecil", "Dua Burung Kecil di Tandan Pisang" merupakan sajak indah yang menunjukkan dan mewakili kesederhanaan yang menyentuh dari sajak-sajak Adrian.  (Joko Pinurbo, penyair)

**


"Apa agamamu? Agamaku adalah air yang membersihkan pertanyaanmu."

Lihatlah, pada permenungan hebat yang ditulis dengan begitu sangat sederhana ini. Salah satu puisi amat mendalam yang ditulis Joko Pinurbo. Mendalam karena frasanya yang membebaskan. Tidak ada hal indah selain pengalaman yang membebaskan.

Ada begitu banyak hal yang membelenggu diri. Masa lalu, masa sekarang, masa mendatang, Impian, preferensi, cita-cita, idealisasi dan seterusnya. Hal-hal yang ketika tersampaikan kepada orang lain dapat menjadi buluh yang tajam menusuk. Melukai.

Tetapi Joko Pinurbo malah mengajak membebaskan diri dari banyak keterikatan, sehingga hanya kasih-lah yang dibagikan kepada orang lain.

Puisinya yang begitu ugahari menyentuh banyak hati. Kepulangannya mengumpulkan banyak sahabat dan kerabat. Tidak ada kematian yang lebih indah dari itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun