Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Joko Pinurbo adalah Ranting Pohon Anggur

28 April 2024   23:05 Diperbarui: 29 April 2024   17:54 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyair Joko Pinurbo difoto di Bentara Budaya Jakarta, 30 Desember 2011. Jokpin selalu menyiapkan bekal puisi yang sesuai tema setiap kali diminta menjadi pembicara. (Foto: KOMPAS/AGUS SUSANTO)

Saya juga mengintensikan dalam doa semalam untuk ketenteraman jiwa Pak Jokpin yang berpulang kemarin dan dimakamkan pada hari ini (28/4).

Ikut mendoakan yang sudah berpulang sepertinya adalah ungkapan untuk mencintai orang lain. Tetapi, pada saat yang sama, ia adalah ungkapan cinta untuk diri sendiri. Berbelarasa di satu sisi, dan mencintai diri sendiri di sisi lain. Bahwa sejauh masih bernama manusia, maka kematian akan menghampiri. Memento mori, ingatlah bahwa kamu juga akan mati.

**

Dokpri
Dokpri

Meneroka puisi Jokpin kita diajak melintasi batas-batas pemahaman umum, lalu masuk kepada kedalaman. Kedalaman yang (justru) sangat sehari-hari. Yang oleh banyak orang dapat terlewatkan begitu saja. Kopi, sarung, baju, sepatu, rokok, gerimis, dingin, telepun seluar dan seterusnya.

Ketika tiga hari kemudian Yesus bangkit
dari mati, pagi-pagi sekali Maria datang
ke kubur anaknya itu, membawakan celana
yang dijahitnya sendiri dan meminta
Yesus untuk mencobanya.


"Paskah?" tanya Maria.
"Pas sekali, Bu," jawab Yesus gembira.

Mengenakan celana buatan ibunya,
Yesus naik ke surga.

Nukilan dari puisi "Paskah" tersebut adalah salah satunya. Tatanilai yang bagi sebagian orang ditengarai sebagai penuh dengan hal-hal ritual-prosedural, dalam pendekatan Jokpin menjadi sangat manusiawi. 

Sangat sederhana. Bahwa tema berat Paskah, di tangan seorang Jokpin terasa begitu sangat manusiawi. Kedekatan Bunda Maria dan Gusti Yesus yang bahkan bagi banyak orang tidak terpikir untuk "memanusiawikannya", seorang Jokpin membuatnya menjadi demikian manusiawi.

Bahwa kemudian, setelahnya, hal-hal manusiawi-lah yang memang harus dilakukan dalam hidup keseharian bersama orang lain. Bukan hal yang terlalu tinggi dan terlalu muluk. Dan lalu tidak terlakukan kemudian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun