Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menari di Bilik Sunyi

9 Desember 2019   13:05 Diperbarui: 9 Desember 2019   13:40 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngaglik Yogyakarta. Dokpri.

Seringkali, Natal merupa unggun yang dinyalakan supaya malam menghangat, meski tetap dalam gelap
Dan dingin di antara rintik hujan dan angin yang bertiup basah
Nyala lilin Natal juga merupa nyala harapan

Hendak berlari ke kiri saat angin kencang bertiup dari kanan
Hendak berlari ke timur ketika angin bertiup dari barat
Toh tetap saja nyala memeluk sumbu yang menghidupi dan menghidupkannya
Meski hendak cepat berlarian ke segala arah

Dalam duga ke timur
Dalam pencarian ke barat
Dalam rangkak ke selatan
Atau bahkan dalam runduk ke utara

Demi menjaga nyala
Untuk menjaga asa

Natal selalu datang di antara hujan
Lalu hati diteduhkan ke bilik-bilik sunyi
Dalam rapuh dan renta
Dalam asa dan nyala

"Kita nyalakan lilin ke depan gua Natal?" tanyamu sambil bergeser duduk menghindari tetes air hujan yang menerobos sebuah lubang bekas paku di atap asbes

Mungkin memang sebaiknya kita nyalakan sebatang lilin di depan gua Natal
Di mana cahayanya akan terus bergerak seperti kayuh menempuh jarak

Natalku memang selalu lebih awal datang
Merupa rindu yang datang sendirian sehabis hujan

| Kalasan | 8 Desember 2019 | 23.00 |

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun