Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Puisi | Awan di Atas Puncak Merapi

12 Februari 2019   19:26 Diperbarui: 12 Februari 2019   19:38 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukankah kamu adalah semacam hari yang tidak pernah datang itu?

Atau semacam waktu yang ada ketika ditunggu dan tidak ada ketika terbaikan?

Sesore ini, mungkin kamu sedang melewati jalan ke barat

Menyisir tepian sungai berturap beton
Sungai tanpa batu pun air terjun
Sungai yang arusnya seperti pilinan peristiwa: berarus deras di dalam dan tampil molek di permukaan

"Tetapi ombak lebih bergemuruh di dalam kepalaku," guraumu pada sebuah pagi yang akan berakhir

Aku tidak tahu apa yang hendak kusampaikan

Mungkin hanya dengan anggukan yang tidak akan pernah terlihat olehmu

Atau dengan tatapan yang menyusuri permukaan tanah sehabis hujan

"Hujan tidak juga membuat jalanan menjadi lebih lancar ya," gumanmu seperti awan yang beringsut di atas puncak Gunung Merapi

Pada akhirnya, hanya dapat kuingat matamu selepas lonceng berhenti berdentang, sebelum sewarna biru kau angsurkan kepadaku

Tatapan yang membuat alasan menyimpan banyak peristiwa menjadi sia-sia

Tatapan yang merupa jalan pulang di antara pohon-pohon jati yang berjajar rapat

| Yogyakarta | 12 Februari 2019 | 17.30 |

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun