Mohon tunggu...
Diannita Harahap
Diannita Harahap Mohon Tunggu... Dosen - Microbiologist

Kepeminatan Biologi. Orang Batak yang lahir di Jayapura Papua dan digariskan takdir mengabdi di Aceh. Selamat datang di blog saya ya.. rumah sederhana, enjoy everyone.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Deteksi Ikan Asin Bebas Formalin dengan Tanaman Ini

10 Februari 2023   13:33 Diperbarui: 10 Februari 2023   16:53 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Ikan asin. Sumber : freepik.com/Azerbaijan_stockers

Seseorang tidak bisa berpikir dengan baik, mencintai dengan baik, dan tidur nyenyak jika belum makan dengan baik (Virginia Woolf).

Kesehatan adalah aset tak ternilai bagi manusia. Ketika tubuh dalam kondisi sehat maka segala aktivitas dapat dilakukan dengan baik.

Terdapat pola berulang dalam keseharian yang berpotensi mengganggu kesehatan. Salah satunya yaitu pola makan.

Aktivitas makan secara berulang dapat memberikan peluang menimbulkan gangguan kesehatan, jika apa yang kita konsumsi mengandung bahan kimia berbahaya dalam makanan.

Bahan kimia berbahaya pada makanan yang sering ditemukan yakni boraks, formalin, rodhamine B dan methanil yellow. Lazimnya, bahan berbahaya tersebut tidak diperbolehkan ada pada makanan.


Bahan kimia tersebut ditambahkan pada makanan untuk menciptakan kualitas yang lebih baik seperti tingkat kekenyalan, ketahanan simpan dan warna yang lebih cerah. Namun, dalam waktu yang relatif panjang dapat mengancam jiwa.

Ikan asin merupakan ikan olahan yang banyak diminati masyarakat. Tidak sedikit menu masakan Indonesia dengan bahan dasar ikan asin.

Olahan ikan dengan menambahkan garam masih memungkinkan ikan asin rusak jika diletakkan di etalase terbuka untuk dijual. 

Gangguan serangga seperti lalat, belum lagi intaian jamur mikroskopis kontaminan yang sifatnya tahan kadar garam tinggi (fungi ekstrem halofil) yang sangat memungkinkan menjadi pemicu kerusakan jika tidak diberi pengawet.

Gambar : Ikan asin pada etalase kios di pinggir jalan. Sumber : Aritra Raja Ikan Asin
Gambar : Ikan asin pada etalase kios di pinggir jalan. Sumber : Aritra Raja Ikan Asin

Sebagai konsumen kita tentunya harus berhati-hati dalam memilih bahan pangan konsumsi.

Namun apakah harus jadinya ketakutan berlebihan, lalu tak lagi cinta ikan asin? 

Tentu tidak dong. 

Berikut disajikan beberapa gambaran uji sederhana untuk mengetahui apakah ikan asin mengandung formalin. Indikator alami yang digunakan berasal dari tanaman.

1. Bunga Mawar merah (Rosa hybrida)

Langkah yang dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengekstrak bunga mawar merah dengan pelarut etanol 96 %. Kemudian potongan kertas saring (strip) 4,5 6,5 cm direndam pada ekstrak tersebut di dalam cawan petri selama 1 jam. Setelah strip berubah warna inilah yang dipakai untuk menguji formalin. Sampel ikan asin digerus/dihaluskan terlebih dahulu. Hasil serupa diperoleh ketika dikonfirmasi dengan strip folmaldehid sebagai kontrol positif.

Studi kasus yang dilakukan oleh Sulfiani dan Sukmawati (2020) terhadap pengujian ikan asin yang mengandung formalin dengan ekstrak bunga mawar merah. Empat dari tujuh sampel ikan asin positif mengandung formalin terdeksi dengan indikator alami..

Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan strip bunga mawar berubah menjadi warna ungu. Sedangkan hasil negatif tetap berwarna merah muda.

Eksperimen kualitatif ini dapat dicobakan kembali di rumah dengan mengganti pelarut etanol dengan air.

2. Getah Pepaya (Carica papaya)

Teknik pengujian formalin dengan getah papaya telah dilakukan oleh kelompok pengabdian masyarakat di Desa Bareng, Kec. Babadan, Kab. Ponorogo pada Tahun 2019. Pengujian ini relatif mudah dilakukan dengan alat dan bahan yang ada.

Prosedur pengujian mengikuti Trisnawati dan Setiawan (2019) yaitu getah buah Pepaya muda diambil langsung dari pohon dan ditampung dalam botol. Kemudian sampel makanan yang akan diuji dimasukkan ke dalam botol. Setelah itu campuran dikocok dan didiamkan beberapa menit.

Pengamatan dilakukan jika terdapat penggumpalan maka hasil dinyatakan positif mengandung formalin. Hasil negatif jika tidak terjadi penggumpalan.

3. Umbi Bit (Beta vulgaris L.)

Umbi Bit dapat digunakan sebagai indikator alami dalam mendeteksi keberadaan formalin dalam bahan pangan. Umbi ungu mengandung pigmen antosianin yang dapat bereaksi dengan asam kuat seperti formalin dan menghasilkan perubahan warna.

Umbi bit dibersihkan dengan air mengalir kemudian dipotong- potong menjadi ukuran kecil. Potongan umbi dihaluskan tanpa menggunakan air. Setelah halus maka dapat diperas sari buah bit kemudian disaring dengan kertas saring/kain pori kecil.

Selanjutnya buah bit dan sampel ikan asin yang telah dihaluskan dicampur dengan perbandingan 1:1 v/v hingga menjadi campuran dengan total 6 ml. Kemudian pemanasan dilakukan terhadap campuran.

Perubahan warna yang terjadi dicatat sebagai hasil uji positif dan negatif. Uji positif menunjukkan adanya perubahan warna dari ungu menjadi merah muda. Sedangkan hasil negatif tanpa terjadi perubahan warna pada campuran.

***

Sebagian besar tanaman yang berwarna merah, biru dan ungu mengandung pigmen antosianin maupun betasianin. Pigmen ini jika bercampur dengan formaldehyde (formalin) yang bersifat asam kuat mengalami gangguan stabilitas sehingga terjadi perubahan warna menjadi merah setelah prosedur pemanasan. Sedangkan jika hasil negatif tidak terjadi perubahan warna.

Selain tanaman di atas bisa banget kita menggunakan tanaman lain dengan pigmen antosianin untuk deteksi formalin. Beberapa diantarnya seperti umbi jalar ungu, buah naga, anggur hitam dan sebagainya.

Penggumpalan getah papaya dengan hasil positif diupayakan terjadi setelah dicampurkan dengan sampel. Jika getah menggumpal sebelum dicampurkan sampel maka pengujian gagal dan tidak bisa dilanjutkan dan dinilai kebenarannya.

Kit dengan metode sederhana yang dibuat dari tanaman sangat membantu mengenali bahan tambahan makanan yang mengandung kimia berbahaya.

Semoga bermanfaat.

Referensi

Burhan, A. H. (2019). Potential of Beetroot (Beta vulgaris L.) and Purple Sweet Potato (Ipomoea batatas L.) as Natural Indicators of Formalin in Food. JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI SETYA MEDIKA, 4, 7-13. Retrieved from http://www.jurnal.poltekkes-bsi.ac.id/index.php/bsm/article/view/67

Sulfiani S., Sukmawati S. 2020. Pemanfaatan Ekstrak Bunga Mawar Merah (Rosa hybrida) Asal Desa Bonto Majannang Kabupaten Bantaeng sebagai Indikator Formalin pada Ikan Asin. Jurnal Abdidas, 1(5) : 478-486. DOI: https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i5.99

Trisnawati A., Setiawan M.A. 2019. Pelatihan Identifikasi Boraks dan Formalin pada Makanan di Desa Bareng, Babadan, Ponorogo. Jurnal Widya Laksana, 8(1): 69-78

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun