Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Memasuki Masa Tenang, Masihkan Akan Gontok-gontokan?

14 April 2019   07:41 Diperbarui: 14 April 2019   08:50 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mulai jam 00:00 tadi malam, masa kampanye pemilu telah memasuki masa tenang. Semua atribut kampanye yang berada di media luar ruang, sudah dibongkar. Agar tidak menimbulkan gesekan, semua atribut tersebut dibongkar oleh para kontestan yang bertarung. Bagi yang masih membandel, maka Pamwaslu akan membereskannya, sebelum matahari memperlihatkan diri pagi hari.

Kalau dulu masa menunggu hari pecoblosan itu adalah seminggu setelah hari terakhir kampanye sehingga disebut "Minggu Tenang", tapi masa tenang kampanye kali ini hanya 3 hari, terhitung 14 April hingga 16 April lusa, serta menjelang masa berlangsungnya pemungutan suara tanggal 17 April nanti.

Kampanye terbuka di luar ruang dalam bentuk pengumpulan masa di lapangan terbuka, berikut panggung sebagai tempat berpidatonya sang kandidat presiden, wakil presiden, maupun para calon anggota DPR mulai tingkat pusat hingga daerah serta perwakilan DPD, memang telah usai. begitu juga kampanye dalam bentuk baliho berukuran raksasa yang dipajang di tempat-tempat strategis, hingga yang imut-imut hanya selembar kertas seukuran kartu nama, begitu juga iklan di media elektronik seperti TV dan radio, juga sudah di stop.

Tapi bagaimana dengan kehebohan dan perang komentar dukung mendukung di media sosial seperti Facebook, Twitter, Istagram maupun Blog? Bahkan yang lebih personal seperti  WhatApss, Telegram, Messenger dan lainnya? Nampaknya ini akan menjadi pekerjaan besar bagi Panwaslu, Kementerian Kominfo bahkan bagi pengelola media sosial itu sendiri. 

Saya tidak bisa membayangkan kalau kehebohan dan kampanye itu berlanjut di media sosial dan semakin jor-joran, sehingga Panwaslu lalu meminta pemerintah dalam hal ini Kementerian Kominfo untuk meminta atau memerintahkan kepada pengelola media sosial itu menutup sejenak media sosial atau aplikasi mereka hingga hari pencoblosan berlalu.

Membayangkan hal itu kalau sampai terjadi, saya jadi senyum sendiri. Rasanya dunia akan terasa sepi dan hampa, putus komunikasi seakan sang pecinta diputus dan ditinggal pacar yang selama ini setia dan bisa atau biasa diajak ngobrol siang maupun malam.

Jadi bagaimana dong? 

Sebuah pertanyaan yang harus dikembalikan kepada diri sendiri. Mari kita tunggu hari pencoblosan dengan menahan diri, walau tak harus berpuasa bersosial media, tapi mari kita hanya memposting maupun berkomentar hal-hal lain di luar masalah politik yang mengarah kepada kampanye. Masih banyak kok masalah politik yang bisa kita bahas tanpa diimbuhi dengan narasi kampanye. 

Kita anggap saja puasa kampanye ini sebagai pemanasan menjelang datangnya bulan Ramadhan. Bulan suci umat Islam yang mewajibkan para pemeluknya berpuasa. Bukan hanya puasa berbicara hal-hal yang akan merusak ibadah puasanya, tapi lebih dari itu. Semua panca indra yang melekat pada sebatang tubuh kita, begitu juga bagian dari anggota tubuh lainnya, harus bisa dipuasakan dari hal-hal yang akan merusak amalan puasa yang tengah dijalankan.

Bagaimana, setuju?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun