Mohon tunggu...
Dian Fauziyyah Al Haiva
Dian Fauziyyah Al Haiva Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam/Universitas Islam Sultan Agung

Chasing dreams

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Status Kelas Sosial di Masyarakat

12 Januari 2023   21:01 Diperbarui: 14 Januari 2023   20:24 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para santri sedang membaca kitab suci Al-Qur'an. Sumber: iStock

Pesantren adalah institusi pendidikan Islam yang di dalamnya penuh dengan pemahaman, penghayatan dan pengamalan pendidikan Islam dengan menekankan pentingnya pandangan hidup yang berlandaskan moral agama Islam. Bila kita memandang dari segi historis-kultural, pesantren sebagai institusi pendidikan Islam dapat disebut sebagai pusat pelatihan sekaligus lembaga pusat kebudayaan Islam. Pesantren yang didirikan pertama kali di Indonesia menurut catatan sejarah adalah Pesantren Pamekasan, biasa dinamakan pula dengan Pesantren Jan Tampess II. Pesantren ini didirikan di Madura pada tahun 1062.

Berawal dari cita-cita masyarakat Islam memiliki kehidupan yang lebih memadai dan bebas dari penjajah, maka berdirilah pesantren di Indonesia. Pesantren sebagai institusi pendidikan Islam bertambah kuat dan kokoh setelah kedatangan kaum kolonialis Barat (Belanda). Pesantren merupakan institusi pendidikan Islam yang sangat anti-kolonialis, oleh karena itu pendidikan di pesantren sangat kontras dengan pendidikan di sekolah umum pada zaman Belanda. Pesantren hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama. Sistem pendidikan pesantren masih bersifat tradisional, baik dari segi metode, sarana prasarana dan lainnya.

Menurut Zamakhsyari Dhofier, pesantren mempunyai lima unsur pokok, yaitu kyai, santri, masjid, pondok dan pengajaran kitab-kitab klasik. Kemudian pesantren dalam perkembangannya mengalami dinamika, yaitu mengambil nilai-nilai modernisasi yang menjadikan pesantren mengalami perkembangan dari sistem tradisional menjadi modern. Hingga saat ini pesantren secara garis besar terbagi menjadi dua; pesantren salafi, yaitu pesantren yang masih menerapkan sistem pendidikan yang lama, dan pesantren khalafi, yaitu pesantren yang telah mengadopsi nilai-nilai modernisasi dan pembaharuan. Pesantren kini berkembang menjadi institusi pendidikan modern yang menawarkan pendidikan di semua tingkatan, termasuk sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi.

Pesantren kini telah muncul sebagai episentrum transformasi sosial, dan membantu mengubah kompetensi santri menjadi sesuatu yang lebih berkualitas. Peran pesantren menjadi menonjol untuk membentuk status sosial umat Islam dalam masyarakat di Indonesia yang mengambil berbagai peran di negara ini. Menurut Asnawi, dkk. (2016), pesantren memiliki ketahanan sosial, mampu mengembangkan masyarakat, membangun tradisi keilmuan dan budaya, serta mandiri secara ekonomi. Tingkat kompetensi ini menempatkan pesantren dalam sistem sosial Indonesia di antara kategori kelas atas dan kelas bawah.

Pendidikan pesantren sebagai sistem pengembangan akademik dan pribadi telah dipelajari selama ini. Pendidikan agama, bersama dengan keterampilan praktis, memungkinkan santri menjadi anggota masyarakat yang berguna. Nilai-nilai dan tradisi Islam adalah bagian yang sangat melekat pada masyarakat. Berkaitan dengan ini, peran pesantren sangat penting, karena pesantren mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai dan tradisi yang dipandang sebagai bentuk kewibawaan dan ketaatan, mampu menjadi kontrol dan pengaruh sosial dalam pembangunan masyarakat. Hal ini memungkinkan pendidikan pesantren memengaruhi pola pikir dan perilaku sosial masyarakat secara langsung. Pesantren sebagai institusi pendidikan Islam berfungsi untuk memperkenalkan nilai-nilai harmoni dan kedamaian dalam masyarakat. Pesantren menciptakan dan membina ilmu pengajaran yang menekankan nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan oleh Al-Qur'an dan Hadits yang bertujuan untuk mendorong kreativitas dan mempromosikan keadilan sosial. Pesantren telah dipandang sebagai perantara yang membantu menyebarkan pengetahuan dan menghasilkan kemajuan dengan mendorong sumber daya, memberdayakan pembangunan di semua bidang, dan mengembangkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pesantren memiliki tanggung jawab sosial yang terdiri dari dua komponen, yaitu teologis dan manajemen. Pesantren berperan sebagai pembawa ajaran kebenaran (agama Islam), penyebar kebaikan dan agen perubahan. Dengan dilandasi oleh nilai-nilai spiritual yang bertujuan untuk mengoptimalkan pengajaran agama Islam dengan membentuk nilai-nilai Islami dalam kehidupan sehari-hari para santrinya dan memastikan bahwa mereka menghindari perilaku yang menyimpang dari ajaran agama Islam, sehingga nilai-nilai tersebut berpengaruh kuat dalam pribadi para santri. Konsep ukhuwah islamiyah dalam pesantren menghasilkan santri dengan kondisi dan kapasitas spiritual yang baik, serta sebagai entitas yang mampu mengamalkan nilai-nilai Islam di masyarakat.

Pesantren menjadi agen perjuangan kelas sosial. Secara khusus, pesantren telah berperan sebagai kekuatan transformasi kelas sosial, di mana santri dinaikkan dari kelas sosial bawah menuju kompetensi. Pesantren terbukti menjadi alternatif pendidikan bagi masyarakat miskin.  Mengingat santri yang mayoritas datang dari keluarga yang kurang mampu dan mengalami kesulitan keuangan, maka pesantren memperkaya santri dengan membiarkan mereka terjun dalam usaha sesuai dengan keahliannya, di mana nantinya santri memanfaatkan keuntungan dari usaha tersebut untuk biaya pendidikan dan biaya hidup santri di pesantren. Pesantren menjadi tempat untuk memerangi "kemiskinan" atau "kekurangan" dan mengubah sifat negatif ini menjadi sesuatu yang lebih baik, lebih dari sekadar tempat bagi anak-anak untuk belajar tentang agama, bertumbuh dan berkembang. Santri pesantren yang berasal dari keluarga kelas bawah atau kelas juang sangat diuntungkan dengan sosok-sosok konkret, motivasi positif, dan model pengasuhan yang mereka terima. Hasan (2012) percaya bahwa meningkatnya minat belajar di pesantren telah melahirkan kelas sosial baru siswa yang menganut nilai-nilai Islam tetapi terpisah dari kelas Muslim tradisional.

Dalam pola pengasuhan di pesantren, sosok kyai memegang peran yang sangat sentral. Para kyai menempati posisi sebagai figur sentral yang harus diteladani dan diapresiasi santri  dalam berbagai aspek dalam kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, kyai mengajarkan literatur Islam klasik (juga dikenal sebagai kitab kuning), praktik keagamaan, dan keterampilan hidup sehari-hari. Ilmu dan akhlak dijunjung tinggi di pesantren, baik kyai, santri, maupun alumni. Pendidikan pesantren dikatakan efektif karena status kyai ditinggikan dalam masyarakat karena dipercaya dan diyakini dapat melindungi masyarakat. Pengasuhan kyai mampu mengentaskan anak-anak dari masyarakat kelas bawah untuk naik ke kelas menengah dan ke kelas atas. Para santri memperoleh kualitas manusia yang lebih baik karena hubungan mereka dengan kyai pesantren.

Peran strategis kyai dan pesantren telah banyak dipelajari, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Horikoshi (1987). Setelah melakukan studi di beberapa pesantren di Indonesia, beliau menerangkan bahwa kyai: 1) membantu perubahan, tidak menghambatnya 2) menyajikan perspektif baru, dan 3) datang dengan perubahan sosialnya sendiri. Penelitian ini menunjukkan bahwa pesantren adalah solusi dari persoalan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan di masyarakat. Kiai pesantren ini mampu memperoleh atau meniru jenis perhatian dan pengasuhan yang diberikan kepada anak-anak yang hidup di masyarakat. Selain itu, lembaga pendidikan lain dapat menjadikan tradisi pendidikan pesantren ini sebagai model pengembangan lembaga pendidikan yang berupaya memperbaiki struktur masyarakat, dengan cara mentransformasikan kelas sosial yang banyak dibutuhkan di negara-negara dengan ketimpangan sosial.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun