Mohon tunggu...
Diana AV Sasa
Diana AV Sasa Mohon Tunggu... Politisi - Pegiat Literasi

Anggota DPRD Jawa Timur 2019-2024

Selanjutnya

Tutup

Politik

Partai, Disrupsi Informasi, dan Kursus Literasi Kader

11 Januari 2020   07:20 Diperbarui: 11 Januari 2020   07:36 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) yang bulan ini berusia dua dekade lebih satu tahun pada 10 Januari lahir dari mega-mega hitam demokrasi dalam cakawala "demokrasi Pancasila" yang diusung Soeharto.

Pengucilan dan pengerdilan atas segala hal yang berkaitan dengan frase "Soekarno" dialami pemimpin dan kader-kadernya. Partai ini, walau secara administratif berdiri pada 1999, sesungguhnya garis politik perjuangannya mengikuti bagaimana keluarga Soekarno keluar dari pingitan politik setelah periode kelam pada 1965-1970.

Ayunan bandul politik yang memukul sebegitu keras dari kiri dan kanan, muka dan belakang, membuat para pengusungnya menjadi sangat liat dan kuat. Bu Mega dan kader-kader pengikut berdekade-dekade diuji lewat berbagai cara untuk tidak muncul sebagai tokoh politik nasional. Jangankan menjadi tokoh nasional, menempuh pendidikan tinggi saja dihalang-halangi dengan segala macam cara.

Lantaran tumbuh dari bawah, dari grass root, segala yang menyumbat kembalinya trah Soekarno di gelanggang politik nasional tidak bisa dihalangi. Akar yang kuat menjadi modal utama dari badai disrupsi informasi.

Sebagaimana garis jalan partainya, seperti itu juga garis hidup pendirinya. Cerminan sejarah PDIP adalah biografi Ibu Megawati Soekarnoputri yang tumbuh bersama jalan berbahaya yang dilalui Republik muda. "Zaman itu saya lahir  di Yogya semasa Clash I, Clash II, keadaannya tidak normal kan?"kata Ibu Mega dalam wawancara untuk buku Megawati Anak Putra Sang Fajar (2012: 100).

Dipukul, jatuh. Namun, berdiri lagi. Difitnah, oleng. Bisa mentas lagi.

Jatuh lagi. Bangun lagi. Jatuh-bangun mengikuti sejarah besar perpolitikan Indonesia membuat pemimpin dan pengusung garis ideologi partai nasionalis terkuat saat ini sampai kepada pelabuhan besar yang menjadi tujuan akhirnya: Indonesia yang Berdikari.

 Lumbung informasi

Salah satu yang membikin pamor Bu Mega dan partai ini mengembang dan mengempes dan mengembang lagi adalah solidaritas juang dalam melawan disrupsi informasi yang mendiskreditkan mereka. 

Sebagaimana rumput yang akarnya saling mengikat, diinjak dan disirami panas tidak bisa mati. Kering dan kerdil mungkin, tetapi tetap bisa hidup dan adaptif sambil menanti datangnya air.

Kehilangan akses informasi nasional dan kataktersediaan mimbar bicara kader-kadernya di semua media justru menyolidkan kader ke dalam. Komunikasi tradisional dalam kursus kader diambil sebagai pendidikan nyata yang bisa menghalau disinformasi dan persentasi media.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun