Mohon tunggu...
Diana Tri Hartati
Diana Tri Hartati Mohon Tunggu... Penulis - penulis buku anak, penulis artikel

Seorang ibu rumah tangga yang suka menulis. Kadang nge-halu kalau lagi sendiri 😁

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tragedi Kawin Sang Duda

16 Desember 2022   19:06 Diperbarui: 16 Desember 2022   19:15 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terdengar berita yang sangat gencar kalau Mbah Sarijo ingin kawin lagi. Jika hal ini terlaksana, maka itu adalah perkawinannya yang ke-lima. Namun keempat anak perempuannya sangat menentang kehendak bapaknya tersebut. Beberapa kali Mbah Sarijo mendekati wanita tetapi selalu digagalkan oleh anak-anaknya.

"Kupikir Bapak itu tidak normal kok, laki-laki seusia Bapak biasanya sudah tidak ingin kawin lagi. Niatnya hanya menghabiskan masa tua  untuk beribadah. Iya kan Mbak?" kata Kenanga, si anak bungsu pada kakak-kakaknya.

"Iya, aku juga sependapat dengan kamu. Bapak kita memang aneh. Mungkin hasrat seksualnya lebih tinggi dari yang lain," kata Mawar, si sulung memberi komentar, yang kemudian di-amini adik-adiknya.

Begitulah keadaannya. Karena beberapa kali gagal dalam mendapatkan wanita untuk dijadikan istri, Mbah Sarijo menjadi putus asa dan frustasi. Mbah Sarijo yang biasanya pendiam menjadi hilang kendali dan lepas kontrol. Mbah Sarijo sering berteriak-teriak keras dan seenaknya sendiri.

"Kaaawiiiiiiin......," teriakan  Mbah Sarijo terdengar keras dan parau.

"Pak, jangan berteriak begitu, malu jika terdengar tetangga," kata Kenanga sedikit membentak.

"Kawin! Kawin! Siapa yang mau kawin sama akuuuuuu?" Mbah Sarijo terus berteriak tanpa menggubris kata-kata Kenanga.

"Bapak ini kok malah tambah keras? malu Pak, malu!" Kali ini Kenanga menarik tangan Mbah Sarijo ke kamarnya," Sudah, tidur di sini saja daripada berteriak-teriak tidak jelas," gerutu Kenanga sambil menutup pintu kamar.

                                                                                                                     ***

Mbah Sarijo keluar rumah dengan mengendap-endap. Dikenakannya baju batik panjang dan sarung. Setiap ada wanita yang ditemuinya, Mbah Sarijo selalu mengatakan keinginannya untuk kawin. Beberapa wanita ada yang merasa maklum dan hanya menanggapinya dengan tersenyum, tetapi ada yang lari ketakutan karena menyangka pikiran Mbah Sarijo sudah tidak waras lagi, dan ada pula yang langsung memaki-maki Mbah Sarijo tanpa perasaan.

Mbah Sarijo tiba di tikungan. Ia melihat Mawar dan adik-adiknya sedang berembug. Mbah Sarijo pun mengintip dari balik pohon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun