Tidak Semua Orang Sama
Faktor status sosioekonomi, lingkungan perumahan dan sensitivitas pada suara, menjadi hal yang turut serta mempengaruhi seseorang terganggu karena kebisingan (Hu X, et al, 2025). Menariknya, sensitivitas terhadap kebisingan berbeda-beda. Ada orang yang cepat merasa terganggu meskipun suara tidak terlalu keras.Faktor usia, kondisi kesehatan, dan bahkan kepribadian tjuga berperan. Pada anak-anak, paparan bising kronis, misalnya di dekat bandara atau jalur kereta diketahui dapat memengaruhi kemampuan belajar dan meningkatkan tingkat stres.
Â
Mengurangi Dampak Kebisingan
Dalam menghadapi kebisingan, perlu berbagai intervensi untuk mengurangi dampaknya, baik tingkat luas di masyarakat  maupun individu, seperti:
Perencanaan kota: Pemerintah dapat menambah ruang hijau sebagai peredam alami suara serta membuat regulasi tentang batas kebisingan di beberapa titik tempat yang rentan, Â pengendalian kebisingan transportasi.
Desain rumah: Memasang jendela kedap suara atau menanam pohon di sekitar rumah bisa mengurangi masuknya bising.
Gaya hidup pribadi: Menggunakan earplug saat tidur atau di lingkungan yang bisik serta berisik, membatasi waktu di area bising, atau mencari aktivitas di ruang hijau dapat membantu menjaga ketenangan mental (Hu, et al, 2010).
Â
Di tengah laju urbanisasi, isu kebisingan sering dianggap ringan dibanding polusi udara atau limbah. Padahal, efeknya terhadap kesehatan mental tidak kalah berbahaya. Membiasakan diri dengan lingkungan bising mungkin terasa wajar, namun tubuh dan pikiran kita diam-diam membayar harga yang mahal. Kebisingan bukan sekadar suara latar kota modern, melainkan ancaman nyata bagi kesehatan mental. Sahabat pembaca, mari tingkatkan kesadaran kita untuk mengurangi paparan bising disekitar. Bersama dengan kebijakan publik yang tepat, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih tenang, bukan hanya untuk telinga, tapi juga untuk jiwa.
Referensi: