Ketika sepak bola tak lagi ditentukan satu bintang, dua klub raksasa ini membuktikan bahwa sistem dan kolektivitas adalah wajah baru kejayaan.
Saat Sepak Bola Berubah Arah
Sepak bola Eropa tampaknya mulai memutar haluan. Bila dahulu kemenangan tim besar hampir selalu bergantung pada satu atau dua pemain bintang, kini hal itu mulai luntur. PSG dan Barcelona musim ini adalah dua wajah berbeda dari satu arah perubahan yang sama menuju era tanpa ketergantungan nama besar.
PSG Lahir Kembali Tanpa Sorotan
Paris Saint-Germain menjalani musim yang tidak biasa. Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, mereka tidak lagi dikawal seorang megabintang global seperti Kylian Mbapp. Tapi, siapa sangka, justru dalam ketiadaan itu, PSG tumbuh sebagai tim yang lebih utuh.
Luis Enrique membangun ulang pondasi PSG dengan fokus pada skema permainan. Ia menghapus hierarki nama dan menggantinya dengan kolektivitas kerja. Pemain seperti Vitinha, Zare-Emery, hingga Barcola kini jadi motor permainan.
PSG tak lagi bermain untuk satu orang, mereka bermain sebagai satu kesatuan.
Barcelona Muda, Berani, dan Berkarakter
Barcelona pun mengalami fase serupa. Masa kejayaan Messi memang telah berlalu, tapi dari reruntuhannya lahir semangat baru yang lebih segar.
Musim ini, Hansi Flick banyak mengandalkan pemain muda dari akademi La Masia. Nama-nama seperti Lamine Yamal (16 tahun), Gavi, Fermin Lopez, dan Cubars menjadi tulang punggung tim. Mereka bukan sekadar opsi darurat mereka adalah rencana masa depan.