Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Hari Anak Nasional ala Neurosains: Krisis Kesehatan Mental Menanjak, Pedulikan Empati Anak

24 Juli 2023   19:29 Diperbarui: 25 Juli 2023   02:00 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: anak-anak remaja| unsplash.com @ Duy Pham

Salah satu komponen dasar dalam kecerdasan kolektif adalah EMPATI. Empati pada akhir abad 19 telah banyak diperkenalkan sebagai bagian dari hasil kerja otak. Istimewanya adalah ditemukan fakta bahwa empati pun bisa dilatih selama manusia hidup. 

Ya, betul! Karena ini hasil kerja otak, tentu saja ada beberapa struktur pada bagian otak kita yang teraktivasi pada saat kita melatih empati. Mengapa empati perlu DILATIH?

Adalah mekanisme neuroplasticity, yaitu kemampuan sistem saraf -- dalam hal ini saraf pusat-- untuk mengubah aktivitas fungsional dan adaptif sebagai respon terhadap rangsangan. Baik itu rangsangan dari luar maupun dari dalam. 

Sudah barang tentu, perubahan aktivitas tersebut juga melibatkan perubahan struktur maupun fungsi dari sistem saraf tersebut. 

Neuroplasticity mulai dikenalkan oleh William James pada tahun 1890. Namun, pada perkembangannya, neuroplastisitas atau dikenal juga dengan plastisitas otak kembali dikenalkan oleh Donald Hebb pada tahun 1949.

Memvalidasi emosi, mengenali diri sendiri bukan hanya ajar yang hanya diujarkan baik lewat bahasa verbal maupun beribu frasa dalam peraturan yang harus ditaati. 

Empati merupakan salah satu aspek yang --dalam spektrum umum-- secara genetik telah dibawa oleh setiap manusia sejak ia lahir. Namun harus senantiasa dilatih SETIAP HARI. 

Mengapa latihan sejak dini ini penting? Supaya berempati tertanam dalam memori implisit anak. Di mana ingatan tersebut teracik kuat dalam memori jangka panjang anak-anak. Sehingga mereka secara otomatis; terbiasa melakukan perilaku berdasarkan empati tanpa disadari. Yaktul!! Secara SPONTAN.

Seperti halnya anak-anak terlatih makan sendiri, berjalan, bersepeda, dan aktivitas sehari-hari lainnya. Demikian pula dengan empati. Bagaimana menaati peraturan, bagaimana mengantre, bagaimana bersikap di tempat umum, menghargai kepentingan publik. Semua perlu latihan.

Masih ingin tahu lagi? Lesgow...

Apakah Sekolah Telah Berperan Sebagai Lingkungan Tumbuh Kembang Anak?

Lingkungan bukan hanya bertanggung jawab pada perkembangan fisik seorang anak. Sekolah sebagai bagian dari lingkungan tumbuh kembang anak memiliki tanggung jawab penuh pada perkembangan anak secara holistik. Termasuk perkembangan mentalnya? Exactly! Tepat sekali!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun